Saya rasa setiap orang memiliki jawaban masing-masing untuk fenomena blokir mantan setelah putus. Ada yang berpendapat bahwa setiap dari kita berhak menggunakan fitur blokir demi ketenangan hidup masing-masing.
Eits, sabar dulu. Sebelum blokir mantan atau ternyata malah kamu yang diblokir manan, berikut hal-hal yang harus dipertimbangkan
-Jangan blokir mantan jika dilakukan dengan cara ghosting
Jangan pernah sekalipun memblokir seseorang dengn cara ghosting. Hal tersebut bisa menimbulkan putus hubungan tanpa closure. Hubungan yang diakhiri dengan ghosting bisa berakibat buruk bagi yang diblokir, parahnya, ghosting dengan cara blokir mantan berpotensi menghancurkan hidup seseorang.
Mengapa demikian? Sebab jika kamu diblokir tanpa sebab dan alasan yang jelas, pertanyaan tersebut akan terus menghantui; "kenapa ya aku diblokir? aku ada salah apa? Kok tidak bicara dengan baik-baik?"
Oleh karena itu, hindari blokir mantan dengan cara ghosting.
- Jangan blokir seseorang hanya demi silent treatment
Silent treatment adalah tindakan dimana seseorang dengan sengaja mendiamkan pasangannya. Kebiasaan ini sangat jelek, lho! Apalagi saat kamu dan pasangan tengah beradu argumen. Bukannya menjelaskan dengan sabar kamu malah memblokirnya begitu saja.Â
Meski alasannya demi menghinari konflik, blokir seseorang dengan cara silent treatment tidak baik bagi kesehatan hubungan yang kamu jalani. Ada baiknya permasalahan dibicarakan dengan baik dan mencari solusi bersama.
- Blokir adalah sebuah komunikasi
Meski ada yang berpendapat bahwa blokir mantan adalah cara untuk memutus hubungan, namun, blokir itu sendiri (menurut saya) adalah sebuah komunikasi.
Sebab jika seseorang menerapkan fitur blokir, kadang beberapa pertanyaan berikut terlintas di pikiran:
"Apakah tidak mudah menambahkan saya sebagai kawan di kontak WhatsApp?"
"Apakah blokir saya supaya tidak terjalin komunikasi lagi?"