Mohon tunggu...
Steeps_Maayy05
Steeps_Maayy05 Mohon Tunggu... Lainnya - Part of AWWriters

Hi, i'm a newbie in here. I need to explore my oppinions in here, don't forget to follow me for the next experience on my writing. Big love, from author ♥️♥️♥️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Topeng Rasa Bencana

21 Januari 2021   21:52 Diperbarui: 21 Januari 2021   22:03 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Gadis itu datang menuju bukit yang berada di belakang vila kosong itu dengan langkah gontainya, seolah ia tak ingin meninggalkan matahari tenggelamnya. Ia terlihat menikmati pemandangannya, dengan suka ria ia mengambil sebuah kamera dan memotret gambar pemandangan yang ada di hadapannya.

Secara tidak sengaja, seorang pemuda juga ikut terpotret dalam kameranya. Gadis itu mendekat, dan menepuk hangat pundak milik lelaki itu. "Ah, apa yang terjadi?"

"Mereka selalu saja meneriakiku dengan sebutan jalang."

"Mengapa begitu?"

"Mereka berpikir bahwa aku adalah anak seorang jalang. Padahal mereka tak mengerti apapun tentangku, atau keluargaku sekalipun!" Lelaki itu menatap muram angkasa lepas yang berada di hadapannya. Lalu, kembali tersenyum kecut sembari menatap tanah yang ia pijak.

"Kau pernah membaca sebuah pepatah, mengenai pohon?"

"Apa itu?" Tangannya mengusap tengkuk secara terus menerus, wajah polosnya terlalu lucu untuk memerankan sebagai tokoh yang bingung. Gadis memberikan buku bersampul toska, sedangkan lelaki itu mengambilnya dan segera membuka buku itu. Kepalanya berpikir keras untuk memikirkan kalimat yang ada.

~ ".... Hanya saja aku tidak pernah peduli, sebutan orang padaku atau anggapan mereka, yang terpenting adalah bagaimana aku hidup, dan bagaimana aku menjaga mereka yang penting untukku. Salah satu guruku pernah berkata, pohon menjadi lebih tinggi dari pada rumput karena keinginannya untuk mendapat sinar matahari lebih besar dari rumput, sementara bunga lebih indah dari pada rumput karena keinginannya untuk terlihat lebih cantik dari rumput." [Tokoh Utama] menepuk pundak gadis itu. "Tidak peduli apa yang orang katakan atau pandangan orang terhadapmu, menjadi seperti apa dirimu itu tergantung keinginanmu yang paling dalam." ~

"Apa itu?"

"Itu kalimat yang ku lupakan saat bermain peran tadi. Mereka juga meneriakiku jalang, akibat keteledoranku. Sampai akhirnya, peranku diganti oleh orang lain." Gadis itu hanya menarik napasnya dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan.  Terdapat bercak-bercak rasa kesal, hampa, emosi, atau apapun itu jadi satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun