Mohon tunggu...
Dhimas Afihandarin
Dhimas Afihandarin Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Hmm masih pengangguran. Mencoba bertahan hidup dengan freelancing dan terus kirim CV.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pandangan Saya tentang Pesawat Su-35

28 Februari 2018   00:33 Diperbarui: 28 Februari 2018   01:21 2319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini saya mendengar tentang kabar pembelian pesawat tempur Su-35 dari Rusia oleh kementerian pertahanan. Sebagai salah satu penggemar berita-berita militer terutama aviasi, tentu rasa bahagia dan "plong" terlontar karena saya adalah yang termasuk lama menunggu kehadiran pesawat tempur ini di bumi Indonesia.

Konsep pembelian Su-35 sendiri sudah berlangsung lama, malah sudah sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, namun belum tercapai hingga saat ini karena berbagai sebab, mulai harga, resistensi dalam negeri, tarik ulur masalah ToT hingga adanya tawaran pesawat asing lain.  

Pemilihan Su-35 sendiri dalam pandangan dan dari apa yang saya dengar sejauh ini berkaitan dengan lebih kecilnya resiko politis, kesamaan performa dengan apa yang diinginkan sebelumnya (F-15) Lalu adanya kemungkinan opsi "Transfer of Technology". Opsi terakhir ini diperlukan terutama dalam hal pemeliharaan dan perawatan.

Seperti yang diketahui selama ini bahwa untuk pemeliharaan pesawat tempur buatan Rusia di TNI-AU adalah harus dikirim ke perusahaan yang ditunjuk (Pemenang tender) diluar negeri, secara ekonomi tentu merugikan karena kita habis ongkos di transportasi lalu ada resiko pesawat kita tertahan atau malah pabrik/institusi yang ditunjuk hancur karena perang, mis di negara Ukraina. Kenapa kok tidak dari dulu ? Tentu ini pertanyaan yang harus diajukan dan ada jawabannya walaupun mbulet dan berkaitan dengan bagaimana cara kita melakukan pengadaan dari Rusia. 

Terlepas dari masalah harga atau polemik berkaitan dengan pesawat ini. Penulis sendiri memandang bahwa kedatangan Su-35 memberikan spektrum dan kapabilitas baru untuk TNI-AU. Berikut ini adalah beberapa poin utama yang saya lihat dari Su-35.

1.Radar
Paling sederhana saja dari hal radar dimana Su-35S memiliki radar Irbis E dengan daya pancar puncak (peak power) sebesar 20 kW dan rerata daya pancar (average power) sebesar 4-5 kW, daya pancar semacam ini jauh diatas radar pesawat tempur manapun yang dioperasikan TNI.

APG-66 yang dimiliki F-16 dan Hawk mungkin kelihatan "besar" dengan daya pancar puncak 17 kW namun harap diingat bahwa radar ini beroperasi pada medium PRF (Pulse Repetition Frequency) Dimana Average power yang dimiliki otomatis lebih kecil dan Average power inilah yang menentukan daya jangkau.  Irbis juga jauh melampaui keluarga N001 yang dimiliki Su-27SK,SM dan Su-30MKK dan MK2 dengan peak power hanya 4 kW dan Average power 1 kW.

Daya pancar selain menentukan daya jangkau, ia juga menentukan (dalam batas tertentu) kemampuan radar untuk menahan efek dari pengacakan (jamming). Lalu secara umum kurang lebih menentukan kemampuan radar melakukan sapuan terhadap suatu wilayah (Volume Scan)

Sumber : Bastion Karpenko.
Sumber : Bastion Karpenko.
Spesifikasi teknis umum Irbis-E

Daya jangkau-pun relatif jauh, dengan nilai 350-400 km untuk sasaran dengan RCS 3 meter persegi.  Sayangnya saya belum menemukan pada probabilitas deteksi berapa persen kah data ini diambil.  Probabilitas deteksi sendiri adalah suatu nilai yang menyatakan tingkat kepercayaan apakah sasaran yang terdeteksi oleh radar ini benar-benar merupakan sasaran (pesawat, dsb) atau "hantu"/false alarm. Situs NIIP.ru selaku biro desain perancang Irbis E (radarnya sendiri dibikin di pusat Industri presisi Ryazan) umumnya mencantumkan nilai 50%.  Penguncian sasaran dengan rudal memerlukan probabilitas deteksi sasaran paling tidak 90%.   Bisakah kita memprakirakan pada jarak berapa dia akan mengunci sasaran ?  Bisa dengan asumsi nilai SNR (Signal to Noise Ratio, rasio antara derau terhadap sinyal yang diinginkan) adalah 17 dB untuk probabilitas deteksi 50%  Sementara untuk probabilitas deteksi 90% adalah 25 (asumsi model sasaran yang digunakan adalah Swerling I/II) .  Hasil perhitungan menunjukkan jarak penguncian Irbis-E thd suatu sasaran kira-kira adalah sebesar 220 Km.  Metode perhitungan dapat dilihat pada postingan sosial media yang saya buat terdahulu. 

Sebagai perbandingan dengan metode perhitungan yang sama radar N001 milik Sukhoi kita terdahulu adalah kurang lebih hanya 63 Km. Cukup untuk mendukung rudal RVV-AE (setara dengan AIM-120A) berdaya jangkau 50 Km namun tidak bisa mendukung RVV-BD/R-37M.

Jarak penguncian Irbis-E tentu sangat jauh karena memang Irbis dirancang untuk mendukung penembakan rudal anti pesawat peringatan dini/AWACS seperti R-172, R-37M atau K-100.  400 Km sendiri berdasarkan hasil tes Irbis E dibawah kemungkinan merupakan Maximum Instrumented Range atau daya jangkau maksimum yang dikalibrasikan oleh pembuat.   

Tes radar Irbis E thd beberapa sasaran.

Keunggulan lain dari Irbis-E bilamana dibandingkan dengan radar pesawat tempur kita terdahulu seperti F-16 baik yang A/B maupun Block 52ID adalah dia termasuk radar ESA (Electronically Scanned Array)  Dimana dia bisa melakukan sapuan secara elektronis tanpa memerlukan pergerakan fisik antenna.

Irbis E sendiri juga mampu menggerakkan antennanya secara fisik untuk memperbesar cakupan. Fitur semacam ini juga dimiliki oleh pendahulu Irbis E yaitu N011M Bars yang dimiliki oleh negara tetangga kita Malaysia dan nanti Myanmar.  Radar dengan fitur ESA secara umum lebih unggul daripada radar lain metode sapuannya masih mengandalkan pergerakan antenna seperti APG-66/68 dan ELTA yang (mungkin) sudah terpasang di T-50 Golden Eagle kita. Keunggulan utama dari radar ESA adalah sbb :

1.Secara umum radar mampu memberikan update/pemutakhiran data sasaran dengan lebih cepat dan akurat.

2.Relatif lebih tahan terhadap pengacakan, karena pola pemancaran antennanya bisa diatur.

3.Memungkinkan pemanduan beberapa rudal sekaligus baik berpandu radar aktif (cth :AMRAAM,RVV-AE) maupun semi aktif (R-33, R-27RE). 

Irbis-E sendiri dalam kategori ESA, digolongkan sebagai PESA atau Passive Electronically Scanned Array. Hal ini dikarenakan ia masih tergantung pada satu unit pemancar berupa TWT (Travelling Wave Tube). Lebih jauh lagi berbeda dengan radar PESA seperti Zaslon pada MiG-31, Irbis menganut sistem "Hybrid array" dimana setiap modul antenna yang dimilikinya tidak hanya berisi phase shifter untuk mengarahkan sapuan radar secara elektronis melainkan juga modul penerima.

Dengan demikian Irbis E dapat mengubah pola pemancaran antennanya sama seperti radar AESA (Active Electronically Scanned Array)  Walaupun terbatas hanya pada waktu ia mendengar (receive). Mengenai  perbedaan, bibit,bebet dan bobot antara AESA dan PESA akan saya bahas lain waktu karena keterbatasan tenaga.  Sekarang kita bergerak ke potensi kedua yaitu kemampuan anti pesawat peringatan dini/AWACS. 

2.Kemampuan kontra AEW/AWACS atau standoff jammer.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa tetangga-tetangga kita terutama di utara, selatan dan barat sudah memiliki dan mengkonsep kemampuan ISR (Intelligence, Surveillance and Reconnaissance) Terutama dengan pengadaan pesawat dengan radar peringatan dini (AEW-Airborne Early Warning)  Seperti Singapura dengan basis Gulfstream G-550 dan Australia dengan Wedgetail. 

Pesawat-pesawat semacam itu memiliki potensi sangat besar sebagai ancaman bilamana terjadi konflik karena kemampuan mereka untuk mendeteksi sasaran dari jarak sangat jauh (400-500 km) Lalu ditambah kemampuan pernika seperti pengacakan dan penjejakan terhadap emisi radar atau komunikasi TNI. Mereka dapat secara aktif membantu pesawat tempur lawan menemukan sasarannya.  Tak pelak keberadaan mereka dalam konflik akan sangat menyulitkan dan dengan demikian mereka mutlak harus dihancurkan. 

Sumber : Aviationweek
Sumber : Aviationweek
 E-7 Wedgetail milik AU Australia

Sasaran potensial bernilai tinggi lainnya dalam perang udara adalah pesawat khusus pernika (pertempuran elektronika) Yang membawa pengacak atau pesawat pengendus emisi elektronik (ELINT) mis EA-6B, EA-18G, EF-18, EF-111, Su-24MP, RC-135,Tu-214R dan banyak lainnya.

Lalu pesawat pengisi bahan bakar di udara (tanker). Doktrin perang dingin Soviet sangat memprioritaskan sasaran-sasaran semacam diatas dan mendorong penciptaan sistahanud seperti S-300, S-300V dan peningkatan daya jangkau rudal terhadap sistem S-200 yang menghasilkan S-200 "Dubna" dengan rudal berdaya jangkau 400 km. Sebaliknya Amerika Serikat merencanakan rudal seperti AIM-47 Falcon lalu pesawat buru sergapturunan SR-71 yaitu YF-12 sebagai platform untuk menghancurkan AWACS milik Soviet (mis Tu-126 "moss").

Sumber : Wikimedia commons
Sumber : Wikimedia commons
G-550 AEW milik AU Singapura

kerugian yang ditimbulkan dari menghancurkan aset ISR lawan kurang lebih ada dua yaitu :

1. Kerugian taktis-strategis

Lawan akan kehilangan aset berharga, mereka kehilangan bukan hanya "mata" di udara namun juga platform pernika dan suplai udara yang jelas memberi keuntungan taktis bagi TNI dan strategis bilamana TNI juga memiliki AWACS dimana dengan hancurnya AWACS lawan, pesawat tempur lawan akan terpaksa menghidupkan radar sendiri dan dengan demikian menguntungkan bagi aset pengindera pasif TNI.

Dengan menghancurkan pesawat pengacak elektronik, radar TNI akan terbebas dari pengacakan dan dengan demikian bisa beroperasi dengan leluasa.  Bilamana tanker lawan hancur, maka pesawat tempur lawan akan kesulitan (mencari tempat mendarat dsb) bilamana bahan bakar mereka menipis.

2. Kerugian ekonomis

Harga pesawat berkemampuan AEW, Pernika dsb adalah TIDAK MURAH.  Kurang lebih 200-500 Juta Dollar Amerika Serikat. Dengan demikian pengadaan pesawat inipun relatif lebih rumit dan lama bilamana dibandingkan dengan pesawat tempur, dengan demikian jumlahnya pun tidak banyak. Sama dengan pesawat tanker dan pesawat khusus pernika.  Dengan menghancurkan pesawat-pesawat ini tak pelak TNI dapat secara langsung memberi kerusakan ekonomi pada lawan,  karena mengganti pesawat AWACS yang hancur atau perbaikan pasti akan memakan waktu lama. 

Dimana Su-35 bermain ?  Tentu dengan kemampuan radarnya yang mampu mengunci sasaran pada jarak 220'an Km, lalu dengan dukungan rudal seperti RVV-BD (varian ekspor dari R-37). Keuntungan dari penembakan rudal jarak jauh adalah pesawat pembawa tidak harus mendekati sasaran, dan tentunya berbeda dengan sasaran berupa pesawat tempur. Sasaran AEW bergerak relatif lambat dan tentunya tidak memiliki kemampuan manuver yang memadai untuk menghindari tembakan rudal.

Berapa "G" kemampuan manuver yang dibutuhkan untuk menembak jatuh sasaran berupa AEW ? jawabannya adalah 10G dengan asumsi pesawat AEWnya hanya mampu bemanuver maksimal 2G dan tidak mungkin pesawat AEW bermanuver 9G seperti pesawat tempur.

Sementara kemampuan manuver 10G ini tentu sudah tercakup untuk rudal jarak jauh. Darimana angka 10G ini ? Bisa dibaca pada buku Fighter Tactics karya Shaw yang mencantumkan kuotasi bahwa rudal udara ke udara memerlukan kemampuan manuver paling tidak 5 kali dari sasarannnya.  5 kali ini sudah mencakup berbagai faktor seperti kecepatan autopilot rudal menanggapi input dari kepala pandu (time constant)  dsb.

Sumber : Vitaly V. Kuzmin
Sumber : Vitaly V. Kuzmin
Rudal RVV-BD

Selain mengunci dengan radar, Su-35 juga bisa mengandalkan kemampuan RHAWS (Radar Homing and Warning System) Yang dia miliki untuk mengendus emisi radar AEW.

Radar AEW umumnya memancarkan daya dengan kisaran puluhan Kilowatt hingga Megawatt (Contoh E-3 AWACS memancarkan daya sebesar 3 Megawatt sementara E-2 memiliki daya pancar 1 Megawatt untuk radarnya) Emisi radar mereka dapat dideteksi pada jarak yang kurang lebih sama dengan daya jangkau radar mereka terhadap Su-35.  Penembakan kemudian dapat dilakukan secara pasif. dengan Irbis-E didelegasikan sebagai kanal transfer data ke RVV-BD. 

Emisi lain yang bisa diandalkan untuk diendus adalah emisi kanal data seperti Link-16, Y-link dsb. Keuntungan dari mengandalkan emisi ini untuk dijejak adalah ia sudah pasti akan beroperasi dengan daya penuh dan antenna yang digunakan bersifat hampir omnidirectionalatau memancarkan daya ke segala arah.   Sementara radar bisa memiliki fitur LPI (Low Probability of Interception).  

Berkaitan dengan kerugian ekonomis, keberadaan Su-35 dan tentunya bilamana rudal RVV-BD dibeli/diintegrasikan tentu memberi efek gentar terhadap lawan.

Efek yang dihasilkan adalah kehati-hatian dan keraguan lawan untuk menggunakan aset pesawat AWACS/Pernika mereka atau memaksa mereka untuk beroperasi dengan cakupan terbatas di medan tempur. Dengan demikian memberikan "ruang bernafas" bagi TNI. Efek terhadap pesawat tanker adalah mereka harus beroperasi lebih jauh dari medan laga, dengan demikian membatasi daya jangkau dan persistensi pesawat tempur lawan di medan laga. 

3. Performa Aerodinamis

Su-35 merupakan turunan dari keluarga Su-27, dengan fitur aerodinamik BWB (Blended Wing Body) Ditambah dengan fitur TVC (Thrust Vector Control) Membuat pesawat ini memiliki kemampuan manuver dan jelajah yang sangat baik.

Kemampuan manuver ditunjukkan dengan atraksi udara spektakuler baik dengan membawa senjata maupun tanpa senjata, sementara dalam hal daya jelajah, keluarga Su-27 bisa terbang relatif jauh tanpa perlu menggunakan tangki BBM cadangan.  Untuk menilai kemampuan aerodinamis Su-35 ini saya mengumpulkan data dari beberapa jenis pesawat tempur lalu membuat spreadsheet excel.  Nilai-nilai yang saya bandingkan adalah sbb :

1.Radius tempur 

Didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh sebuah pesawat tempur dengan  persenjataan dan BBM yang cukup untuk bertempur dan kembali ke pangkalannya. Satuan yang digunakan adalah Km 

2.Wing Loading (beban sayap)

Dalam satuan Kg/meter persegi.  Menyatakan beban yang ditanggung oleh sayap, pesawat tempur yang lincah umumnya akan memiliki beban sayap yang relatif rendah. Sementara pesawat tempur serang darat yang terbang rendah umumnya lebih tinggi karena beban senjata yang dibawa dan sayap memang sengaja dibuat kecil untuk mengurangi efek turbulensi. 

3.Thrust to Weight ratio (rasio antara gaya dorong dan bobot) 

Tidak memiliki satuan. Nilai ini menunjukkan kekuatan pesawat untuk bergerak maju, akeselerasi dsb. Bilamana nilai ini lebih dari atau sama dengan 1 maka pesawat dapat menambah kecepatan dalam kondisi apapun bahkan menanjak sekalipun seperti roket. 

Sementara asumsi yang digunakan adalah sbb :

1.Kondisi dogfight dengan alokasi BBM 50% untuk bertempur dan semua pesawat diisi BBM 100% (penuh)

2.Tanpa tangki cadangan (kecuali F-15E dan F-16C B-52 dengan tangki konformal) 

3.Afterburner dinyalakan waktu bertempur

4.Muatan persenjataan dll disamakan yaitu 2500 Kg

5.Ketinggian jelajah 13000 m, ketinggian waktu misi (tempur) adalah 5000 m

6.Kecepatan M 0.9

Hasil perhitungan adalah sbb.

Radius Tempur

Pandangan saya tentang Su-35
Pandangan saya tentang Su-35
Su-35 jauh mengungguli semua pesawat yang dibandingkan kecuali F-15E dengan tangki konformal (FAST pack) Selain kapasitas BBM yang lebih banyak dari keluarga Su-27. Su-35 juga bisa memanfaatkan fitur TVC yang ia miliki untuk mengurangi Supersonic Trim Drag.Dengan demikian ia bisa mencapai radius tempur lebih baik

Beban Sayap (Wing Loading) dan Rasio gaya dorong terhadap bobot (T/W ratio)

w-s-5a9596bcdcad5b441d0e0b92.png
w-s-5a9596bcdcad5b441d0e0b92.png
Pandangan saya tentang Su-35
Pandangan saya tentang Su-35
Kedua data ini disajikan bersamaan karena mereka berkaitan satu sama lain. Berdasarkan buku Karya L.Shaw (Fighter Combat :tactis and maneuvering) kita mengenal 4 kondisi berikut :

1. Wing loading kecil

Pesawat yang memiliki fitur semacam ini akan lebih unggul dalam manuver horizontal daripada pesawat lain dengan Wing loading lebih besar namun ia akan lemah dalam manuver menanjak apalagi bilamana rasio gaya dorong juga lebih kecil dari pesawat tempur lain. pesawat semacam ini dapat ber "dogfight" ria dengan pesawat lain

2. T/W besar

Pesawat ini dapat "menyeruduk seperti banteng" Dia akan lebih unggul dalam manuver menanjak daripada pesawat lain, dan kurang lebih dapat melarikan diri dari pertempuran dengan lebih mudah.

3. Double superior (T/W besar + Wing loading kecil)

Jenis situasi yang diharapkan dalam dogfight, pesawat yang memiliki kondisi ini bila dibandingkan dengan pespur lain ini akan memiliki kemampuan manuver yang cukup untuk memenangkan pertempuran dan akselerasi yang bagus untuk melarikan diri bilamana situasi berbalik.

4. Double Inferior (T/W kecil + Wing loading besar)

Kondisi yang tidak ideal untuk dogfight. pesawat yang ada dalam kondisi ini tidak bisa lari atau memiliki kans lebih kecil untuk memenangkan duel.

Berdasarkan data yang saya sajikan diatas, bisa dilihat bahwa performa dogfight Su-35 dan F-15 adalah hampir sama persis baik dari segi wing loading maupun rasio gaya dorong terhadap bobot. Sementara kandidat lain yang mengungguli kedua pesawat tersebut adalah Dassault Rafale lalu MiG-29SD (varian ekspor MiG-29 yang digunakan negara tetangga kita Malaysia).

Data lain yang saya perhitungkan adalah endurance atau persistensi atau ketahanan. Berapa lama pesawat dapat digunakan untuk bertempur dengan hasil. Satu-satunya fitur yang diunggulkan pada Su-35 adalah kemampuan TVC yang dimilikinya untuk membantu pesawat bermanuver dengan lebih lincah.

Endurance

dogfight-endurance-5a959645ab12ae7fdd544604.png
dogfight-endurance-5a959645ab12ae7fdd544604.png
Dapat dilihat bahwa Keluarga Su-27/35 dan F-15 mengungguli hampir semua pesawat yang saya perhitungkan dalam persistensi. Jelas pesawat yang bisa bertahan lebih lama di udara akan memiliki kesempatan untuk mengejar pesawat lain dengan kapasitas BBM yang lebih sedikit, dan secara umum memiliki loiter timeatau waktu patroli yang lebih lama. Kapasitas BBM yang lebih besar juga mengurangi ketergantungan pesawat pada tanker udara.

Dalam perbandingan sederhana ini bisa dilihat keluarga F-35A dan C memiliki persistensi paling lama yaitu 6 menit. Adapun mengenai gambar. mohon maaf saya sajikan dengan pranala luar dari deviant art karena aktivitas server sibuk.

Secara dogfight, mungkin keluarga F-35 kurang secara aerodinamis, namun dengan persistensi yang besar, baik Su-35 maupun pesawat tempur lain harus berhati-hati dan segera "membereskan" F-35 karena bilamana gagal, maka resiko kehabisan BBM sewaktu pertempuran akan menjadi ancaman bagi pesawat tempur dengan persistensi yang lebih rendah.

Spreadsheet excel untuk menghitung data yang saya sajikan diatas dapat diunduh pada pranala berikut 

Unduh Spreadsheet Excel

Bahasa pengantar yang saya gunakan adalah bahasa inggris, mohon maaf karena saya juga aktif di forum militer luar negeri .

Demikian pandangan saya mengenai Su-35 dan beberapa bahasan singkat mengenai kemampuan dan potensi yang saya lihat. Kurang lebihnya saya mohon maaf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun