Mohon tunggu...
Johanes Krisnomo
Johanes Krisnomo Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Penulis, YouTuber : Sketsa JoKris Jo, Photografer, dan Pekerja. Alumnus Kimia ITB dan praktisi di Industri Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Jam Lama Terasa Bila Tak Suka

16 Februari 2019   00:29 Diperbarui: 16 Februari 2019   06:18 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.pexels.com

Durasi waktu! Nilai terukur satu hari itu 24 jam, sedangkan 1 jam sama dengan 60 menit. Menjadi pertanyaan, mengapa ada yang bilang hari ini lebih cepat, atau lebih lambat dari hari kemarin.

Periksa kembali apakah ada kendala teknis dari alat ukur waktu yang digunakan. Namun, bila  mengacu pada jam di HP yang ber-internet, nyarislah tak ada perubahan durasi. Satu jam tetaplah 60 menit.

Pantaslah, bila ada pepatah lama yang mengatakan bahwa dalamnya laut bisa diukur, sedangkan dalamnya perasaan siapa yang bisa jamin.

Artinya, perasaan kasih, sayang atau apapun namanya, termasuk lamanya kita beraktifitas tak bisa semata-mata didasarkan atas perasaan semata.

Durasi waktu yang mengacu pada perasaan, cuma sekadar indikasi saja, bahwa kita merasa nyaman atau tidak dengan aktifitas yang sedang dijalani.

Seseorang yang merasa seolah-olah waktu berjalan sangat cepat, berlaku bagi mereka-mereka yang dengan sungguh-sungguh aktif memanfaatkan waktu sebaik mungkin, dan tidak menanti.

Beda hal dengan mereka-mereka yang kebanyakan hanya menghitung waktu, jam demi jam, menit demi menit menanti waktu berlalu. Dan ini terjadi, bila kita tak suka atau melawan hati, saat beraktifitas. Akibatnya, pekerjaan tak beres, dan juga mental kebaikan telah terkikis, hingga mengganggu kesehatan moral.

Sumber : https://unsplash.com
Sumber : https://unsplash.com
Kemanfaatan aktifitas yang kita jalani akan terhindar dari kesia-siaan, menyehatkan psikis, dan berdayaguna, bila kita beraktifitas dengan tulus, bukan semata menanti waktu.

Pilihan ada pada diri, untuk durasi waktu yang sama, semisal beraktifitas delapan jam, akan terasa lebih cepat, dan menyenangkan.

Jangan biarkan waktu berlalu percuma, dan sekadar hanya menanti waktu, malas beraktifitas, yang berbuah sakit psikis.

Bangkit dari keterpurukan, lakukan semua aktifitas yang dijalani dengan sebaik-baiknya, dari hati, dan senang, jangan menanti waktu, karena waktu akan tetap berdurasi sesuai dengan polanya, tak mungkin lebih cepat atau lebih lambat.

Biarkan waktu menghitung dirinya, tepat dan akurasi, sementara kita beraktifitas tanpa harus menanti waktu, yang akan berdampak bonus perasaan bahagia, bersama waktu yang terasa lebih cepat berdurasi.

Bandung, 16 Feb 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun