Tapi ini  bukanlah politik agama (atau, politik Islam) yang dimaksud, melainkan politik identitas yang sama sekali tidak terkait dengan wahyu dan aturan-aturan ilahiah sebagaimana dalam politik Islam. Apakah politik Islam itu ada? Yang mana politik Islam itu?
Gerakan politik Islam dapat dirunut pada pemerintahan kenabian di kota Nabi (Hukumat Islamiyyah). Politik Islam ini sangat luas cakupannya, yaitu meliputi manajemen kepemimpinan Islami, perjanjian damai, urusan perang, budaya dan cara pandang (world view), kesejahteraan umat, masalah kesehatan, hingga urusan baitul maal.Â
Bentuk pemerintahan dalam politik Islam yang dikenal, sangat bervariasi. Mulai dari kepemimpinan kenabian, imamah, khilafah, monarki (diadopsi oleh Arab Sudi), hingga wilayatul faqih yang dipakai oleh Republik Islam Iran. Sampai saat ini, bentuk pemerintahan dalam gerakan politik Islam disepakati sebagai hasil ijtihad terkuat dan terandal, yang berkesesuaian dengan zaman; dipakai untuk menjawab permasalahan dunia Islam. Sehingga membatasi politik Islam dengan simbol identitas, sangat mengaburkan dan bahkan melenyapkan eksistensi politik Islam itu sendiri.
Apakah politik Islam selalu membutuhkan partai politik sebagai kendaraan politiknya?Â
Di sebagian negara, seperti itu. Kekuatan politik tidak akan bisa dominan dan menang, tanpa alat politik yang disebut partai politik. Tapi Islam tidak selalu membutuhkan partai dalam diri sejatinya. Sebab, politik Islam bukanlah berupa partai. Melainkan ruh Ilahiah (Quran dan sunnah) yang berperan dalam pengaturan negara dan pemerintahan.Â
Di sinilah pembeda politik Islam dengan politik kotor- identitas. Ada akhlak Quran dan sunnah yang membatasi. Tanpa membahas akhlak politik itu sendiri, politik Islam sudah tampak sejatinya. Sebab ada pandangan politik yang menjelaskan rupa-warnanya.Â
Sudahkah kita mengkonsep pandangan politik kita? Segera tentukan, agar jasad/badan ideologimu lengkap. Tentukan. Apakah rupanya adalah keadilan, ataukah kezaliman?Â
Politik Husainiyah, atau Yazidiyyah?!