"Prabowo kelak akan menjadi Presiden, dek".
Bertahun-tahun pesan terakhir ini dipegangnya. Hingga entah bagaimana Allah dan semesta-Nya mengatur, Angga Raka dan Prabowo bisa berjumpa. Bahkan diambil dan dibina langsung Prabowo menjadi yang ia sebut "santri".
Namun, apakah menjadi santri Prabowo sebuah jalan hidup yang ringan, mudah dan hura-hura?
Tidak, era Pilpres 2009, 2014 dan 2019 adalah era kepedihan. Tak mudah mendapampingi Prabowo di fase itu. Semua serba terbatas. Kalau boleh saya sebut--- era itu lebih ke era ter-isolir. Penuh fitnah dan label buruk.
Bahkan, saat menjadi sekretaris pribadi juga merupakah zaman penuh ketegangan. Hari demi hari, detik demi detik tekanan selalu dirasakannya. Pernah ia bercerita, dalam sebuah acara di Hambalang, dari lensa kamera DSLR yang dipegangnya, ada gerak-gerik mencurigakan yang ia tangkap. Dengan menahan gemetar dibadan--- ia melaporkan.
Kekhawatiran dan kepanikannya meningkat. Bukannya Prabowo menhindar--- malah menemui sosok-sosok yang dicurigainya.
Saya ikut panik dan penasaran bagaimana Prabowo menghadapi situasi itu. Lalu bertanya apa yang akan dilakukan menghadapi situasi itu?
Ia pun bercerita bagaimana Prabowo dengan santai menemui dan bertanya "Kamu dinas dimana?".
"Apa jawaban orang itu, mas?"
"SIAP, DI XXXXX.... " jelasnya sambil tertawa.
Ya, ternyata muscle memory militer para intel itu muncul ketika Prabowo bertanya dengan mode panglima tempur. Tak bisa orang itu mengelak. Entah apa warna roman muka sosok itu. Merah, kuning, hijau atau kelabu. Hahaha...