Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Angga Raka, "Rangkap Penderitaan" Sang Santri Prabowo

22 September 2025   13:20 Diperbarui: 22 September 2025   13:20 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Hazmi Srondol

"Saya niatkan diri sedang 'nyantri' ke bapak (Prabowo), mas", kata Angga Raka--- saat pertama kali bertemu. Beberapa tahun jelang Pilpres 2014.

Kalimat yang sampai detik ini saya tuliskan, masih terngiang-ngiang jelas di kepala saya.

Ya, malam itu situasi lahir dan bathiniah saya sedang campur aduk. Ada ruang peralihan rasa--- dari ketakutan berubah menjadi terbawa--- tumbuh semangat turut memperjuangkan cita-cita besar untuk bangsa usai mendengarkan paparan Prabowo berjam-jam hingga tengah malam.

Dalam hening diri--- saya melongok ke belakang. Beberapa jam sebelumnya, usai memutuskan bersedia menerima panggilan Prabowo untuk hadir ke kediamannya di Hambalang. Ternyata untuk bertemupun masih tersisa ujian mental. Harap maklum --- saat itu akses ke Hambalang masih gelap gulita dan jalan belum semulus sekarang. perjalanan pendek yang terasa berhari-hari.

Satu sosok muda yang gesture tubuhnya membuat saya mampu mengurai ketegangan dengan cepat. Sikapnya yang rendah hati, rileks dan cara bertutur yang berbeda dari yang lain. Bahkan satu-satunya yang diperintah Prabowo untuk mehabiskan lauk di meja makan sambil tertawa. Cair suasananya.

Sosok yang terbukti memang berbeda. Saat para pemuda lain disebut "Jedi" ala film Starwars, Angga Raka ini memang lebih tepat disebut "santri" nya Prabowo. Hal yang membuat saya sering bertanya dan mengkonfirmasi terhadap suatu isyu atau hal-hal terkait visi-misi dan presentasi yang bersifat teknis dalam catatan-catatan yang akan saya buat.

Ada kilatan mata antara sedih, haru dan bangga saat kutanya, "asal nama 'Prabowo' di belakang namamu apa, mas?".

"Almarhum ibuku yang berikan. Beliau nge-fans banget dengan bapak", jawabnya.

Sebuah nama yang bangga disandangnya namun juga beban berat yang sempat ditanggungnya. Jauh sebelum bertemu Prabowo--- saat kuliah di Universitas Jayabaya jurusan hubungan Internasional, tak kurang-kurang ia di bully rekan mahasiswanya karena saat itu--- nama Prabowo sempat didera sentimen negatif. situasi politik saat itu, isyu penculikan, kudeta dan lain sebagainya begitu kuat di labelkan ke Prabowo. Angga Raka muda saat itu harus menghadapi dan menelan lontaran stigma ini sendirian.

Bahkan, jelang wisuda--- kepedihan menerima bully belum juga usai. Ujian tambahan pun diterimanya. Ibundanya meninggalkannya untuk selama-lamanya. Namun, ada satu wasiat ibunda yang membuatnya tetap bangga dengan nama belakang yang tersematkan di belakang namanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun