Mohon tunggu...
Sri Wahyu Ramadhani
Sri Wahyu Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menikmati waktu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kata Orang, Ini tentang Cinta Pertama Anak Perempuan

9 Maret 2022   22:02 Diperbarui: 9 Maret 2022   22:05 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Entah akan mulai dari mana cerita tentang laki-laki pertama di hidupku yang mampu membuatku merasakan cinta. Entah akan seberapa panjang atau seberapa pendek ini ku tuliskan.

Ini tentang ayahku yang kata orang-orang "cinta pertama anak perempuannya". Seorang kepala keluarga yang semestinya bertanggung jawab atas keluarganya. Ayah, atau lebih sering disebut 'Bapak' oleh kakak-kakakku dan 'Abi' olehku.

Bapak adalah anak laki-laki terakhir di keluarganya. Bapak lahir di keluarga yang cukup keras cara mendidik kakek dan nenekku. 58 tahun yang lalu, di sebuah rumah di daerah Malang ia lahir. 

Tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang penurut. Masa sekolahnya dihabiskan dengan memulai pagi untuk mengantarkan adik perempuannya ke sekolah. Ini terus berlanjut hingga ia melanjutkan studi di Universitas Negeri Malang (dulu masih dikenal dengan nama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Di situlah ibu dan bapak bertemu dan terus berlanjut hingga aku lahir (bahkan sampai detik ini).

Ketika saya masih kecil, ia selalu menjadi idola dan pelindung saya. Tak banyak yang ku tau tentangnya kala itu. Yang ku tau hanya ia adalah bapak saya. 

Kala itu bapak bekerja sebagai karyawan biasa di sebuah perusahaan swasta, sedang ibu bekerja sebagai guru di sebuah TK di daerah Tangerang. Karena sibuknya bapak dan ibu dalam pekerjaan mereka masing-masing, saat bayi, aku dipercayakan kepada tetangga atau jika kakak kedua saya sudah ada di rumah, ia selalu meminangku. Saat itu, di sebuah rumah yang sederhana dengan 1 kamar kecil, sebuah dapur, kamar mandi, dan sebuah ruang tamu, 5 orang hidup di dalamnya. Bisa dibilang cukup saat itu.

Seiring berjalannya waktu, 5 orang itu berpindah tempat tinggal untuk sementara ke sebuah rumah yang lebih luas, bahkan sangat luas di Kediri. Itu rumah kakek dan nenek dari ibuku. Namun, hanya ibu, kakak keduaku, dan aku kecil yang tinggal bersama keluarga ibu. Sedang ayah kembali ke Tangerang untuk mendapatkan rezeki yang ia bagi dua, untuk hidup ayah sendiri dan untuk ibu. Kakak pertamaku, ia telah terpisah dari keluarga saat ia masih di bangku Sekolah Dasarnya.

Seiring bertumbuhnya aku dan kakak-kakakku tanpa banyaknya peran bapak yang ku tau, aku hanya tau bapak bekerja sebagai karyawan di Tangerang. Setiap bapak kembali ke Kediri, aku selalu memintanya untuk tetap di sisiku. Namun, bapak masih harus cepat-cepat kembali bekerja untuk memberi nafkah kepada ibu.

Kemudian, untuk pertama kalinya aku merasa bahwa 'Pak, kapan kau melihatku? Tanpa membandingkanku dengan kedua kakakku seperti ibu? Pak, aku tak ingin membencimu hanya karena kurangnya perhatianmu padaku'. Namun, tiap kali kalimat-kalimat itu mencuat dalam pikiranku, otakku memberi jawaban yang terus menerus ku terima. 

Hingga saat ibu bercerita tentang apa yang ibu simpan terus menerus tentang bapak, tentang apa yang bapak lakukan di sana. Saat itu, aku masih duduk di bangku MTs kelas 9, saat di mana aku harus melanjutkan belajar ke jenjang lebih tinggi.

Ibu berkata padaku saat aku mengucap ingin bersekolah di sebuah SMK swasta di Malang, 'Kamu yakin ingin sekolah di sana? Kalau iya, ibu akan meyakinkan bapak kalau kamu serius sekolah di sana dan ibu bekerja keras menyisihkan uang dari bapak dan gaji ibu'. Ku kira cukup ibu yang berbicara tentang itu pada bapak, ternyata aku pun harus membujuknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun