Mohon tunggu...
Sri Sutrianti
Sri Sutrianti Mohon Tunggu... Guru SMP

tertarik belajar menulis sebagai upaya ekspresif terapi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Konser-Vasi, Ketika Ibu Bumi Memanggil

27 April 2025   21:55 Diperbarui: 27 April 2025   22:01 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Talagawarna menyambut konservasi. Dokpri

Pada 26-27 April 2025,Talagawarna, Parongpong, tak sekadar menyimpan jejak pohon-pohon tua dan kabut. Ia merekam jejak waktu. Pada hari itu, mulai direkam langkah kaki yang menjejak tanah dengan hormat,  suara manusia yang datang bukan untuk menaklukkan, tapi untuk belajar  menjadi bagian kecil dari alam.
Hari pertama KONSER:VASI  sudah berlalu. Upacara Nyambut Papayung, pembacaan puisi bumi dan sesi berbagi dari mereka yang lebih banyak mendengar suara air, suara hutan ketimbang mendengarkan suara sendiri.

Serah terima ratusan pohon Anggrek dan alat  semprot tanaman. Dok DPD PAI Jabar.
Serah terima ratusan pohon Anggrek dan alat  semprot tanaman. Dok DPD PAI Jabar.
Hari kedua dimulai dengan serah terima ratusan pohon anggrek dari berbagai jenis, sumbangan dari DPD PAI Jawa Barat sebagai bentuk dedikasi nyata untuk konservasi di Talagawarna. Di antara deretan anggrek itu, satu nama istimewa ikut dibawa: Cattleya Jabar Istimewa. Hasil silangan Bapak Romiyadi, dosen dan tim ahli dari PAI Jabar, sebuah anggrek baru yang lahir dari ketekunan dan cinta terhadap flora Indonesia. Silangan dari Cattleya Chun Yeah dengan Cattleya Intermedia.
Nama Cattleya Jabar Istimewa dipilih bukan tanpa alasan. Ia mengikat janji dengan mimpi besar: menjadikan Jawa Barat tetap hijau, tetap lestari, tetap menjadi bagian dari dunia yang bertahan. Ini merupakan bentuk penghormatan terhadap visi Jabar Istimewa, yang berharap  menjadikan Jawa Barat sebagai daerah termaju, berdaya saing global, dan berkelanjutan, lewat transformasi sosial yang bertumpu pada pelestarian alam dan budaya. Sebuah nama yang tidak hanya menyiratkan keindahan, tapi juga mengikat janji pada masa depan yang ingin dijaga.
Cattleya Jabar Istimewa, hasil silangan Bapak Romiyadi tim ahli DPD PAI Jabar. DPD PAI Jabar.
Cattleya Jabar Istimewa, hasil silangan Bapak Romiyadi tim ahli DPD PAI Jabar. DPD PAI Jabar.
Dalam video pendek bertajuk "Ketika Ibu Bumi Memanggil", diperlihatkan betapa istimewanya Anggrek Cattleya Jabar Istimewa itu, dengan latar suara narasi yang lirih perlahann tapi tajam:

“Sampai kapan ibu bumi harus menangis tanpa ada tangan yang mengusap air matanya. Jika kita masih peduli, maka kita harus menjadi bagian dari cerita ini. Menjadi tangan yang menanam kembali. Menjadi suara yang membela. Menjadi hati yang tidak membiarkan ibu bumi semakin tenggelam dalam kesedihan. Sebab jika suatu hari anggrek benar-benar menghilang, itu bukan karena ia tidak mau bertahan tetapi karena kita, anak-anak bumi, lupa bagaimana cara mencintai rumah kita sendiri.”

Pengelompokan Anggrek dilengkapi identitasnya. Dok DPD PAI Jabar.
Pengelompokan Anggrek dilengkapi identitasnya. Dok DPD PAI Jabar.
Dan tangan-tangan itu mulai bergerak. Ibu Romlah Wikardi bersama tim DPD PAI Jabar tidak hanya membawa ratusan anggrek , tetapi juga menyiapkan segalanya dengan teliti. Sebelum penanaman, anggrek-anggrek dikelompokkan, diberi identitas, dan disiapkan media tanamnya. Karena mereka tahu: pohon pinus yang keras dan bergetah bukan tempat yang ramah untuk anggrek. Tanaman perlu perlindungan tambahan agar bisa hidup, bertumbuh, dan suatu hari nanti menjadi saksi bahwa pernah ada manusia yang benar-benar peduli.

Tim relawan yang menanan  Anggrek di ketinggian pohon pinus. Dok DPD PAI Jabar.
Tim relawan yang menanan  Anggrek di ketinggian pohon pinus. Dok DPD PAI Jabar.
Setelah itu, tim pemanjat pohon bergerak dengan sigap, mengikat anggrek satu per satu. Tapi tidak ada wajah tegang diantara mereka. Suara tawa berderai, nyanyian kecil menyelip di sela-sela kesibukan. Tidak ada ketergesaan, kecekatan lahir dari cinta pada apa yang mereka lakukan. Dalam waktu yang relatif singkat, ratusan anggrek sudah menempel di batang-batang pinus, siap memulai hidup barunya. Bahkan, seusai tugas, mereka menawarkan diri untuk bergabung lagi bila ada kegiatan konservasi serupa. Karena bagi mereka, menyelamatkan alam bukan tugas, melainkan bagian dari hidup yang mereka pilih dengan sukarela dan suka cita.
Satu di antara sekian banyak Anggrek yang ditanam di Talagawarna. Dok DPD PAI Jabar.
Satu di antara sekian banyak Anggrek yang ditanam di Talagawarna. Dok DPD PAI Jabar.
Dan mulai hari ini, Talagawarna bukanlah  tempat untuk merasa hebat. Ia tempat untuk belajar malu. Karena terlalu lama kita membiarkan bumi berteriak sendirian. Maka lewat sesi "Ketika Ibu Bumi Memanggil", konservasi eks-situ dipraktikkan. Tim Konservasi menunjukkan bahwa menyelamatkan spesies bukan soal pamer, tapi tentang kesetiaan: menjaga yang masih ada.Musik menyusul, tapi bukan untuk pesta. Mini konser Harmoni Alam mengalirkan suara dari Wiloka, Abah Omtris, Story of Lea, Heri Suomi, Bokir Sang Pendobrak, NCSK Project, Isu Band, Bayi Tabung, hingga Presiden Rock N Role. Mereka tidak bernyanyi untuk diri sendiri, tapi untuk resonansi yang lebih besar: bahwa nada, seperti air sungai, bisa menjadi jembatan antara manusia dan tanahnya.

TIM Panitia dan DPD PAI JABAR seusai Konservasi. Dok panitia.
TIM Panitia dan DPD PAI JABAR seusai Konservasi. Dok panitia.
Penutupan acara konservasi bukanlah tanda bahwa perjuangan selesai. Justru sebaliknya: ini peringatan bahwa setiap orang yang pernah menginjakkan kaki di Talagawarna kini telah memikul beban kecil. Untuk menulis ulang ceritanya, dengan cara yang lebih baik terhadap bumi.


Pada akhirnya, semua ini bukan soal siapa yang tampil. Bukan soal siapa yang berbicara paling lantang. Tapi tentang siapa yang diam-diam mulai menanam, mulai mendengar, mulai mencintai lagi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun