Media sosial tidak selamanya berisi kenarsisan netizen atau tempat hoax bertebaran. Ada juga informasi bermanfaat yang bisa kita peroleh dari riuhnya media sosial.
Contohnya kemarin, terjadi perdebatan mengenai Perjagungan di Indonesia. Di satu sisi, ada klaim dari Kementerian Pertanian bahwa produksi jagung nasional mencukupi, bahkan surplus atau berlebih. Oleh karena itu, Menteri Pertanian percaya diri mengekspor jagung.
Salah satunya adalah akun Twitter @koncopetani yang mengatakan produksi Jagung Indonesia terus naik. Bahkan tahun ini diprediksi hingga 29 juta ton. Angka itu melebihi kebutuhan jagung untuk pakan ternak yang setiap tahun mencapai 8,5 juta ton.Â
Tapi di sisi lain, ada juga yang bilang produksi jagung kita masih belum cukup. Karena kenyataannya Indonesia masih impor jagung. Pihak yang ada di posisi ini menggunakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang bilang Indonesia masih impor jagung.
Kalau sudah urusan data, harusnya memang BPS yang jadi rujukan. Karena mereka memang dibayar untuk menyusun data. Dan memang setelah ditelusuri, para pengusung wacana Produksi Jagung Surplus, tidak menggunakan data yang valid.
Kalaupun mereka menggunakan data dari Kementerian Pertanian, ternyata lembaga pemerintah yang berkantor di Ragunan, Jakarta Selatan itu, suka salah menyajikan data. Hal itu pernah dikeluhkan sendiri oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution.
Kalau sudah begini, kita harus lebih jeli lagi. Jangan langsung makan informasi yang seolah berupa data. Tapi ternyata bukan fakta. Waspadalah.