Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pimpinan Numpang Beken Anak Buah, Kenapa Terjadi?

20 Januari 2019   23:07 Diperbarui: 24 Januari 2019   11:04 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Organisasi sebagai  perkumpulan orang untuk mencapai tujuan bersama, selalu ada orang yang diangkat menjadi pimpinan dan anggota. Menurut Sondang P. Siagian organisasi adalah:"Setiap bentuk persekutuan antara dua orang/lebih yang saling bekerjasama serta terikat secara formal dalam rangka melakukan pencapaian tujuan yang sudah ditentukan dalam ikatan yang ada pada seseorang atau beberapa orang dikenal sebagai atasan dan seorang atau kelompok orang yang dikenal sebagai bawahan". Artinya dalam organisasi itu pasti ada pimpinan dan orang yang dipimpin, lebih sering disebut sebagai atasan dan bawahan.

Menurut Miftah Thoha, pemimpin adalah:"Seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk memperngaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya". Sedang menurut Kartini Kartono, pemimpin adalah:"Seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Dari difinisi organisasi dan pimpinan itu dapat dikatakan bahwa organisasi itu adalah sekumpulan kelompok orang untuk mencapai tujuan, dengan pimpinan yang dapat mempengaruhi anak buah untuk melakukan kegiatan yang sudah ditentukan. Tipikal dan gaya seorang pimpinan setiap orang pasti berbeda, sangat tergantung dari karakter dan pribadi masing-masing.

Bagaimana pun jaimnya seorang pimpinan, suatu saat pasti kelihatan watak aslinya ketika menghadapi suatu persoalan yang segera penanganan tuntas. Ada yang gebrak meja, ada yang sabar dan tenang tetapi tetap mencari jsolusi terbaik, ada yang ngomel-ngomel tanpa juntrung dengan setiap orang yang ditemui.

Namun ada juga pimpinan yang numpang "beken", meningkatkan pamor melalui anak buahnya. Kenapa bisa terjadi ?. Setiap acara ulang tahun institusi yang dipimpinnya, semua anak buah dikerahkan untuk mengumpulkan kegiatan yang dilakukan, prestasi yang ditorehkan. Setelah itu dibuat laporan tahunan yang dibacakan di depan para undangan yang hadir dalam acara tunggal tersebut.

Iringan tepuk tangan bergemuruh setiap membacakan prestasi anak buahnya baik tingkat daerah, nasional, apalagi internasional. Semua itu seolah capaian, prestasi yang dilakukan dalam memberikan kesempatan dan perhatian kepada anak buahnya.

Padahal sejatinya anak buah yang bekerja keras sendirian, tanpa dukungan, fasilitas, dan kesempatan. Bahkan sengaja dipersulit, dihambat, dihalangi, ditekan ketika ada anak buah yang "tidak disenangi" muncul sebagai pemenang. Bahkan sekedar membacakan nama orang yang berprestasi pun sengaja diloncati, khawatir anak buahnya lebih terkenal dibanding pimpinannya.

Padahal kenyataannya di forum nasional orang lebih sering mendengar nama anak buah dibandingkan dengan nama pimpinannya yang tidak pernah muncul baik secara fisik maupun dalam komunikasi, pertemuan ilmiah dan profesi serta kurang menjalin jejaring (networking).

Kalaupun menjadi pimpinan, karena penunjukan langsung, tidak pernah ada "fit and proper test", uji kelayakan dan kepatutan untuk menduduki pimpinan. Terpilih karena faktor kedekatan dengan pimpinan lebih tinggi yang  mempunyai kewenangan memilih.

Akibatnya ketika memimpin pun tanpa arah dan tujuan karena tidak jelas visi, misi, program kerja, yang akan dilakukan. Akibatnya lebih mengurusi persoalan yang teknis ketimbang pengembangan institusi dan sumber daya manusia. Inilah akibatnya kalau pimpinan tidak pernah mendapat diklat kepemimpinan walau levelnya hanya "unit" dari suatu institusi.

Akibatnya sikap tidak adil, subyektif, seenaknya, lebih dominan menguasai pribadi pimpinan, karena tidak pernah mendapat pengalaman dan simulasi menyelesaikan persoalan yang dihadapi sesuai dengan teori organisasi. Tidak mempunyai prinsip dan mudah diombang-ambingkan oleh laporan palsu para pecundang, asal bapak senang (ABS), asal ibu senang (AIS).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun