Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pasar Dadakan di Sekitar "Kampus Biru" Saat Ramadan dan "Sunmor"

27 Mei 2018   13:29 Diperbarui: 28 Mei 2018   23:54 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Ramadan adalah bulan berkah, yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia, tidak saja umat Islam namun bagi semua umatNya di dunia. Para pelaku ekonomi yang agamanya non Islam pun mendapat berkah, berupa larisnya barang dagangan yang disediakan baik untuk kebutuhan 9 (sembilan) bahan pokok, sebagai kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Daya beli masyarakat meningkat untuk persiapan hari Raya Idul Fitri, menjadi peluang emas bagi penjual untuk menaikkan  harga sehingga mendapat untung besar.

Kesempatan ini juga dimanfaatkan oleh para pedagang musiman yang menjajakan makanan dan minuman di pasar dadakan yang berjualan di sekitar kampus. Sekitar tahun 1986, sebagai awal mula ada pedagang dadakan di sekitar kampus, untuk melayani mahasiswa yang kuliah dan pratikum, kesulitan mencari menu makan untuk membatalkan puasa. Mahasiswa yang mempunyai jiwa enterpreneur "iseng" berjualan minuman (kolak, es buah) dan makanan kecil (kue kering dan basah) untuk temannya yang sedang puasa, dengan meja kecil, di troroar jalan Kaliurang.

Ternyata di luar dugaan, antuasiasme mahasiswa luar biasa, sehingga minuman dan makanan kecil langsung habis dibeli saat waktu buka puasa. Para mahasiswa semakin banyak yang menjajakan minuman dan makanan di sepanjang jalan itu, karena pembelinya bukan hanya mahasiswa, tetapi masyarakat yang lewat dijalan tersebut. Semakin lama jalan Kaliurang menjadi tempat untuk "ngabuburit", mahasiswa usai kuliah dan pratikum di laboratorium, dan masyarakat sekitar. Jalan menjadi macet, karena penjual, bukan saja mahasiswa yang benar-benar membutuhkan uang untuk menyambung hidup, tetapi mahasiswa kelas atas yang menjajakan makanan dan minuman diatas mobil pribadi.

Setiap hari selama bulan Puasa jam 14.00 sampai jam 18.00 di sepanjang trotoar mulai dari perempatan Mirota Kampus sampai perempatan Bulaksumur sudah ramai para penjual dadakan, bukan lagi didominasi mahasiswa, tetapi justru dari penjual di luar kampus, yang menjajar lapak dengan meja panjang untuk barang dagangannya. Selain itu di sekitar bunderan kampus, sepanjang boulevard menjadi tempat favorit untuk "ngabuburit", anak-anak muda. Suasana kampus semakin sore semakin ramai, setelah Magrib meninggalkan sampah berserakan. Kampus Biru menjadi kotor dan tidak sedap dipandang mata, karena pedagang kaki lima dengan lapak-lapaknya.

Dalam perkembangannya pihak kampus (Rektor UGM Kusnadi Harjosumantri) menertibkan para pedagang yang lapak-lapaknya mulai mengganggu pemandangan di sekitar kampus. Upaya memindahkan lapak-lapak ini dengan pendekatan kemanusiaan, mengingat para pedagang adalah "rakyat kecil" yang mengantungkan hidupnya dari berjualan di sekitar kampus.

Mereka dibuatkan tempat khusus (disebelah barat Gelanggang Mahasiswa) yang dilengkapi dengan persediaan air dari kran, sehingga kebersihan terjamin.

Pasar dadakan di sekitar kampus biru ini dipindahkan ke timur masjid kampus mulai dari perempatan Terban, bunderan timur, sampai ke jalan menuju Selokan Mataram dekat Fakultas Teknologi Pertanian. Sampai sekarang pasar dadakan ini semakin meluas ke sepanjang Selokan Mataram, terus ke timur dekat kampus UNY. Menu yang dijual pun semakin beraneka ragam bukan saja sekedar untuk membatalkan puasa, tetapi sampai untuk berbuka puasa dengan makanan berat dan lengkap.

Pasar dadakan di kampus ini bukan hanya waktu bulan Ramadan, namun setiap hari Minggu ada pasar namanya:"SunMor/Sunday Morning", atau "Pasar Jonggok", karena penjual yang menjajakan aneka pernik-pernik kebutuhan digelar di bawah, sehingga pembelinya untuk memilih barang harus berjongkok. 

Pasar dadakan setiap Minggu Pagi ini menjadi tujuan wisata kampus, karena menjajakan bukan hanya aneka makanan dan minuman, tetapi barang-barang khas daerah dari berbagai penjuru di Indonesia, yang dikirimkan melalui mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta. Walaupun sudah ada pasar digital di dunia maya, ternyata pasar tradisional yang mempertemukan penjual dan pembeli secara langsung masih diperlukan.

Dari kegiatan pasar dadakan ini ternyata dapat memberikan manfaat dan penghidupan bagi masyarakat sekitar, ada yang jadi tukang parkir, pembersih, namun yang patut disayangkan ada yang menjadi "penyewa lahan". Padahal itu adalah jalan, dan trotoar, ternyata "dikuasai" oleh "oknum-oknum" masyarakat sekitar (bukan pihak kampus) untuk mencari keuntungan pribadi. 

Omset yang lumayan besar karena pembelinya bukan hanya mahasiswa, tetapi juga keluarga mahasiswa dan msyarakat lain yang sedang berlibur di Yogyakarta. "Sunmor" ini menjadi primadona siapapun, karena selalin jalan-jalan, sarapan pagi (kalau tidak bulan puasa), dapat berbelanja aneka kebutuhan barang baik yang baru maupun setengah pakai, kebutuhan anak kos, hewan peliharaan, tanaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun