Gulma atau rumput salah satu permasalahan petani pasca tanam. Gulma merupakan tanaman yang tidak diharapkan petani, di mana pertumbuhannya menjadi momok yang serius.
Gulma tumbuh di antara hamparan padi. Keberadaannya sangat merugikan petani karena dapat menurunkan hasil panen baik secara kualitas atau kuantitas.Â
Kualitas hasil panen tidak bagus karena selama proses pertumbuhan padi, gulma akan menyerap nutrisi yang ada pada tanah dan menghalangi sinar matahari masuk ke air. Selain itu juga menjadi sarang hama dan penyakit, ini akan menggangu pertumbuhan tanaman padi.Â
Jenis gulma yang sering tumbuh di area pesawahan adalah kayu apu, rumput teki, alang-alang, genjer. Sementara gulma yang bandel sulit dibasmi di area pesawahan adalah Echinochloa crus-galli atau sering disebut jajagoan.Â
Jajagoan ini tumbuh di tahap awal pertumbuhan padi, terlebih setelah area sawah dipupuk. Biji gulma yang dihasilkan akan cepat menyebar dan sulit dikendalikan.Â
Gulma jenis Echinochloa crus-galli bentuknya mirip tanaman padi muda sehingga petani terkadang terkecoh. Jika tidak segera dikendalikan akan menghambat pertumbuhan padi.
Agar padi tumbuh optimal, petani harus mengendalikan pertumbuhan gulma sejak awal tanam, karena setelah pemupukan gulma akan tumbuh subur.
Pengendalian Gulma
Setiap jenis gulma yang tumbuh di area sawah memilki penanganan yang berbeda sesuai karakteristiknya. Ada yang cepat mati dengan disemprot obat herbisida. Namun ada pula yang harus cabut manual seperti gulma jenis alang-alang.Â
Alang-alang tumbuh di tepi sawah, akarnya kuat, daunnya cepat tinggi sehingga butuh tenaga ekstra untuk mencabutnya. Penggunaan herbisida sistemik bisa dilakukan untuk menghemat tenaga dan biaya.Â