Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Strategi Saya Membayar UKT Anak yang Tinggi

6 Februari 2024   17:48 Diperbarui: 11 Februari 2024   10:41 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi  UKT Tinggi. Foto dari Kompas.id

"Pak, boleh ya saya kuliah di Bandung?" rayu adik perempuan saat itu. Dia memelas meminta izin kepada Bapak untuk menggapai cita-citanya. 

Bapak tetap bergeming, sesekali menghela napas panjang seakan ingin melepas kepenatan ekonomi. Sebagai pensiunan Depag, gaji bulanan berkurang. 

Saya merasa iba melihat adik yang begitu berharap bisa kuliah. Akan tetapi kasihan juga kepada Bapak jika harus kerja keras mencari biaya kuliah adik. 

"Coba saja ikut ujian masuk perguruan tinggi. Kalau lulus Bismillah saja," sahut saya sebelum Bapak memberi keputusan.

"Kuliah di Bandung itu bukan soal bayar uang kuliah saja. Dia harus kos, makan, jajan dan tetek bengek lainnya. Uang pensiun bapak tidak cukup." Bapak merespon dengan nada sedikit tinggi. 

Oleh karena Bapak tidak memberi izin. Saya pun mengatakan siap membantu biaya kuliah adik perempuan jika dia lulus.

Bagaimana gaji honorer membantu biaya kuliah?

Tahun 2000, adik saya dinyatakan lulus di salah satu PTN di Bandung. Uang  kuliah per semester atau sekarang uang kuliaj tunggal (UKT) sebesar Rp600 ribu dan uang kuliah awal atau kami menyebutnya uang pangkal sekitar Rp3 juta. Pada masa itu, uang semester Rp600 ribu terasa tinggi. 

Meski saya, Bapak dan Ibu kerja sama membiayai kuliah adik, setiap waktunya bayar UKT uang itu tidak ada. Gaji pensiun Bapak dipakai makan sekeluarga sehari-hari. Gaji saya yang tak seberapa pun habis untuk ongkos kerja. Solusi paling aman adalah pinjam koperasi kantor, terkadang pinjam teman. 

Pinjam uang ke koperasi tentunya ada bunga yang harus dibayar setiap bulannya, juga jumlah cicilan. Saya berpikir waktu itu, semuanya akan mudah dan cepat lunas. Akan tetapi utang saya malah semakin bertambah. Hal ini karena sebelum utang pertama lunas, saya sudah pinjam lagi, entah itu untuk kiriman bulanan adik, ongkos ketika tiba-tiba adik mudik atau kebutuhan lain. Akibatnya setiap bulan saya hanya mendapat gaji kurang dari Rp100 ribu.

Saya tidak ingin kondisi keuangan terus memburuk. Itu sebabnya berbagai pekerjaan dilakukan, seperti terima jahitan, memberi les komputer, jasa pengetikan skripsi, titip jajanan di koperasi siswa. 

Bayar UKT Pinjam Online

Menyikapi berita viral terkait mahasiswa ITB bisa bayar UKT dengan pinjam dulu lewat online atau pinjol. Saya rasa seperti kasus saya dahulu yang terjebak utang koperasi. Meski berbeda teknik peminjamannya, tetapi sama-sama utang dan ada bunga. 

Saya sering mendengar teman, kerabat yang terjebak pinjol. Pada awalnya mereka merasa mudah dengan cicilan per bulan. Faktanya setiap bulan selalu ada kebutuhan lain, sehingga menunggak. Setelah dikalikan utang tersebut menjadi 3 kali lipat dari pokoknya. 

Masalah lain muncul ketika menunggak pinjol, teror dilajukan bukan kepada peminjam saja tetapi orang yang dikenal peminjam.  Untuk itu saya sarankan hindari pinjaman online. 

Cara saya menbayar UKT anak di Unair. Foto dokpri
Cara saya menbayar UKT anak di Unair. Foto dokpri

Solusi Bayar UKT yang Tinggi

Besaran UKT setiap mahasiswa berbeda dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua, atau pihak lain yang membiayai.
Kemampuan ekonomi meliputi Pendapatan, jumlah tanggungan keluarga. Ini semua diketahui setelah mahasiswa mengisi formulir yang berisi  pendapatan, foto rumah, kendaraan, pengeluaran keluarga. 

Pendapatan, kekayaan mungkin saja bisa disembunyikan agar UKT rendah. Akan tetapi jangan dilakukan, suatu saat bisa terbongkar, anak pun akan mendapat sangsi sosial. 

Sebagai contoh, teman SMA anak saya, dia mendapat bantuan dari KIP kuliah karena orang tuanya bekerja sebagai penarik becak. Sehari-hari dia bergaya mewah, mulai dari pakaian, tas, sepatu yang harganya jutaan, ponsel pun seharga Rp10 juta. Gaya hidupnya membuat iri teman-temannya. 

Ketetapan UKT rendah karena penghasilan orang tua di bawah Rp4 juta, harus diselaraskan dengan gaya hidup. Ketika mendapat UKT tinggi dan tidak sesuai dengan penghasilan orang tua, kita bisa coba mengajukan keberatan. Jika tidak dikabulkan, saya yakin orang tua akan mengusahakan yang terbaik untuk anaknya. 

Kalau saya ketika mendapat UKT anak yang tinggi, Rp8 juta berusaha  mengambil strategi, yakni membuat rekening tabungan pendidikan. Setiap bulannya rekening itu diisi. Ketika anak meminta melunasi UKT, setidaknya tidak mendadak mencari atau mengambil tabungan lain. 

Tabungan pendidikan anak sangat penting. Saya berkaca pada teman satu kantor di tata usaha yang sudah PNS. Dia setiap bulannya menyisihkan Rp100 ribu untuk tabungan anak. Ketika amprah saya ke koperasi ditunda, dia meminjamkan tabungan anaknya sebesar Rp600 ribu. 

Dia mengatakan, setiap bulan saya harus membayar Rp100 ribu karena itu tabungan pendidikan anaknya. Saya terharu, bahagia ada orang sebaik dia. Lebih terharu ketika adik saya lulus, teman saya meninggal. Anaknya paling besar masih sekolah dasar kelas 6, kedua adiknya masih kecil-kecil. 

Akhir Kata

Meski UKT anak di Unair terjangkau bagi saya. Tetap berharap besaran UKT tidak memberatkan agar semua anak memilki hak pendidikan. Jika UKT tinggi banyak anak yang tidak mau kuliah, karena tidak ingin merepotkan orang tuanya. Lalu bagaimana mempersiapkan masa depan bangsa tanpa generasi berilmu dan berkarakter? 

Saya setuju jika ilmu tidak semuanya diperoleh di bangku kuliah.Akan tetapi  dengan kuliah anak dapat mengembangkan diri, lebih siap di dunia kerja. Masih banyak lagi manfaat sekolah lebih tinggi.

Semoga pengalaman saya bermanfaat. Terima kasih singgah. Salam  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun