Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Isra Mi'raj di Tengah Pandemi

12 Maret 2021   15:06 Diperbarui: 12 Maret 2021   15:57 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabatku yang budiman,

Sebagaimana telah kita ketahui pada bulan Rajab telah terjadi peristiwa yang sangat penting yaitu Isra Mi'raj. Perjalanan luar biasa Rasulullah saw. dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan menuju Sidratul-muntaha. Peristiwa tersebut sebagai bukti tanda-tanda kebesaran Allah Swt.

Melalui perjalanan Isra Mi'raj ini Rasulullah saw., menerima wahyu untuk menunaikan salat lima waktu. Sehingga bulan Rajab begitu mulia di antara bulan-bulan lain.

Rasululah saw., bersabda, "Bulan Rajab adalah bulan Allah yang besar dan bulan kemuliaan. Di dalam bulan ini perang dengan orang kafir diharamkan. Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku."

Bulan yang penuh kemuliaan, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak, ibadah, membaca istighfar dan muhasabah atau memperbaiki diri.

Seperti yang disampaikan Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi kepada detik.com, "Saya ingin menyampaikan pesan berikut, di tengah COVID-19 marilah kita semuanya lebih mendekatkan diri pada Allah Swt., melakukan muhasabah dengan banyak zikir, mohon ampun (istighfar) pada Allah Swt.  dan berdoa semoga musibah yang melanda Indonesia dan dunia segera berlalu."

Selain mengambil makna dan hikmah secara pribadi. Umat muslim di setiap daerah memiliki tradisi atau kebiasaan yang berbeda dalam memaknai Isra Mi'raj. Sementara untuk tahun 2021 tidak jauh berbeda dengan tahun 2020 karena masih dalam situasi yang sama, situasi pandemi.

Namun, situasi pandemi,  bagi sebagian daerah tidak ingin melewatkan Isra Mi'raj dengan diam tanpa makna. Misalnya desaku yang memiliki tradisi kendurenan. Kendurenan berasal dari kata kenduri.

Kenduri di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna perjamuan makan untuk memperingati peristiwa minta berkat dan sebagainya;

Melihat dari arti kenduri berdasarkan KBBI, ada sedikit perbedaan dengan pelaksanaan. Dalam pelaksanaan memperingati Isra Mi'raj tidak ada jamuan makan. Warga dengan Prokes datang ke masjid menjelang Isya tepatnya bada Magrib  sambil membawa nasi plus lauknya dalam ceting/kotak nasi. Umat muslim memuliakan bulan Rajab dengan berdoa bersama di masjid.

Setelah dilaksanakan shalawat kepada Nabi Muhammad saw., dan berdoa bersama, nasi itu dibagikan kembali kepada warga yang hadir untuk dibawa pulang dan dinikmati bersama keluarga.

Tradisi ini juga telah dicontohkan orang Arab. Mengutip dari tulisan Ida Fitri Shohibah dalam buku Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah. Dalam sejarah, orang Arab memuliakan Rajab dengan cara menyembelih anak unta pertama dari induknya.

Memperingati Isra Mi'rat dengan cara yang berbeda, akan tetapi pada intinya kita tetap harus mengambil hikmah. Hikmah dari sebuah perjalanan Rasulullah saw., bermuhasabah, memperbaiki diri sendiri. Memperbaiki hubungan dengan Allah Swt. Hablum minallah, dengan cara lebih taat ibadah kepada Allah Swt. terutama salat lima waktu. Memperbaiki diri bersosial dengan sesama, hablum minannas.

Semoga dengan peringatan Isra Mi'raj dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt.

Bahan Bacaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun