Mohon tunggu...
sri putri ibu
sri putri ibu Mohon Tunggu... mahasiswa prodi manajemen bisnis syariah IAI AN-NADWAH Kuala Tungkal

membaca

Selanjutnya

Tutup

Diary

bahagia itu sederhana, tapi tak mudah

15 April 2025   08:34 Diperbarui: 15 April 2025   08:34 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ketentraman MEDCOM.ID

Setiap orang pasti ingin bahagia. Bahagia menjadi tujuan hidup yang sering kita kejar tanpa henti. Namun, ironisnya, semakin kita mencari kebahagiaan, semakin terasa sulit untuk benar-benar menemukannya. Padahal, banyak orang bilang bahwa bahagia itu sederhana. Tapi kenyataannya, untuk merasakan kebahagiaan dalam kesederhanaan justru tidak semudah membalikkan telapak tangan.


Kebahagiaan tidak selalu datang dari hal-hal besar seperti harta, jabatan, atau popularitas. Terkadang, ia muncul dari hal kecil yang sering kita abaikan: tertawa bersama keluarga, menikmati waktu sendiri, atau sekadar bersyukur atas kesehatan yang kita miliki. Hal-hal seperti itu memang sederhana, tapi butuh kesadaran dan kepekaan untuk benar-benar bisa menikmatinya. Di sinilah letak tantangannya.

Sering kali, kita terlalu fokus pada apa yang belum kita miliki. Kita membandingkan hidup kita dengan orang lain, merasa kurang, dan lupa menghargai apa yang ada di depan mata. Media sosial memperkuat perasaan ini dengan memamerkan potret-potret kebahagiaan orang lain yang terlihat sempurna. Tanpa sadar, kita mengukur kebahagiaan kita dengan standar orang lain, padahal setiap orang punya cara dan jalan yang berbeda untuk merasa bahagia.

Selain itu, luka masa lalu dan rasa takut akan masa depan juga menjadi penghalang. Bagaimana kita bisa merasakan bahagia saat hati masih dipenuhi kekecewaan, atau pikiran sibuk memikirkan hal-hal yang belum terjadi? Untuk bisa bahagia, kita perlu berdamai dengan diri sendiri, memaafkan masa lalu, dan berani hidup di saat ini. Itu bukan hal yang mudah, tapi sangat penting.

Maka dari itu, meskipun bahagia itu sederhana, jalan menuju ke sana butuh proses, ketulusan, dan kesabaran. Butuh keberanian untuk bersyukur di tengah kekurangan, dan butuh hati yang ikhlas menerima hidup apa adanya. Kesederhanaan bukan berarti kekurangan, tapi kemampuan untuk merasa cukup.

Pada akhirnya, bahagia bukan soal seberapa besar yang kita miliki, tapi seberapa besar kita bisa menghargai. Ia tidak datang dari luar, tapi tumbuh dari dalam diri. Dan meskipun tidak mudah, bukan berarti tidak mungkin. Kebahagiaan ada, bahkan dalam hal-hal paling kecil---asal kita mau melihatnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun