Saat mendengar pegawai kios martabak yang dengan semangat bercerita pengalamannya bertransaksi seksual di Sembir, saya menjadi sedih sekaligus kasihan kepadanya. Masih muda tetapi sudah jajan PSK.Â
Dibalik rasa bangga, dia tidak tahu bahwa penyakit pembawa maut HIV AIDS bisa saja sedang mengintainya.Â
Saya teringat saat bekerja menjadi pendamping masyarakat di daerah gang Dolly Surabaya. Salah satu yang menjadi perhatian kami adalah HIV AIDS.
Oleh sebab itu kami sering mengadakan sosialisasi tentang bahaya dan pencegahan penyakit HIV AIDS.Â
Kegiatan tersebut tidak diperuntukkan kepada para PSK penghuni gang Dolly, tetapi kepada para remaja dan warga di seputar wilayah itu. Para PSK Dolly sendiri sudah didampingi sebuah LSM yang bergerak di bidang HIV AIDS.Â
Karena mengadakan kegiatan tentang HIV AIDS, kami bermitra dengan LSM yang secara khusus bergerak di bidang pencegahan dan penanganan HIV AIDS.Â
Dari kerjasama tersebut kami mengenal beberapa penderita HIV AIDS/ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) baik dari masyarakat umum maupun PSK. Nama dan profesi mereka dirahasiakan.Â
Beberapa ODHA kami jadikan narasumber saat melakukan pelatihan atau sosialisasi pencegahan penyakit mematikan tersebut.Â
Ada fakta yang membuat kami terkejut, prihatin sekaligus khawatir.Â
LSM mitra kami memberikan informasi bahwa dari sekian ribu PSK yang praktek di gang Dolly, beberapa puluh diantaranya terkena HIV. Hal itu juga didukung oleh informasi seorang dokter yang diperbantukan mengurus para PSK disana.Â
Mitra kami dan dokter tersebut mengatakan bahwa mereka tak kuasa melarang para PSK ODHA untuk praktek karena alasan hak asasi dan ekonomi. Siapa yang akan menanggung biaya hidup PSK itu dan keluarganya jika mereka berhenti bekerja?Â