Membaca artikel mundurnya Pebrianov sebagai penulis Kompasiana tak terasa membuat saya berlinangan air mata.Â
Bayangkan, walaupun mungkin beliau tidak mengakui, saya sudah menganggap Pebrianov sebagai teman erat dan akrab.
Kami memang terpisahkan, tetapi saya anggap beliau selalu dekat. Mirip cd dan celana kolor.Â
Karena penasaran dengan alasan mundurnya, kemudian menemui teman saya yang berprofesi sebagai dukun.Â
Saya sebenarnya tidak percaya dengan dunia perdukunan karena mereka belum terstandarisasi. Kualitas dan keakuratannya bisa diragukan.Â
Itu karena SDI atau Standar Dukun Indonesia belum bisa dikeluarkan. Lembaga yang menaungi para dukun atau Majelis Dukun Indonesia (MDI) belum terbentuk.Â
Kasihan juga para dukun itu, walaupun banyak artis, pejabat dan politikus memakai jasa mereka, tetapi kiprahnya masih belum diakui.Â
Kembali ke Pebrianov.Â
Setelah 5 kali saya dan sang dukun mancing bersama ditambah 1 malam makan di angkringan, akhirnya lewat penerawangan sang dukun, didapatlah beberapa dugaan.Â
Oh ya.. Teman dukun saya ini termasuk modern. Analisa bukan berdasarkan 4 K atau kemenyan, kembang, kartu maupun kesurupan. Tetapi andalannya adalah Mbah gugel.