Tidak ingin masuk neraka seperti teman saya, saya berlutut sambil memohon, "Ampun Mas Malaikat, jangan masukkan saya ke neraka. Saya orangnya baik dan suka menolong, saya setia kawan.."
Malaikat terlihat tersenyum. Sambil berjalan, dirangkulnya bahu saya. Kami menuju pintu sebelah kanan, pintu yang tidak dimasuki teman saya. Kemudian dibukanya pintu itu. Terlihat api yang menyala nyala, ternyata itu juga pintu neraka. Saya berteriak sambil meronta. "Mengapa saya dimasukkan neraka. Saya kan orangnya baik, suka menolong dan setia kawan? "
Tetap tersenyum malaikat berkata, "Kamu memang orangnya baik dan suka menolong. Karena kamu juga setia kawan, tolong temani kamu di neraka"
Sambil tetap meronta saya berteriak, " Mengapa ada dua pintu dan dua duanya menuju neraka? "
Kali ini Mas Malaikat menjawab dengan sedih, "Karena kemarin antriannya panjang, jadi hari ini dibikin dua pintu. " Kemudian sambil mendorong saya ke neraka, malaikat berteriak, "Mati bunuh diri kok ngarep masuk surga. "
Syukurlah itu hanya bayangan saya saja. Kenyataanya kami baik baik saja. Atas nasihat saya yang baik dan bijaksana, dia mau bertobat, merubah sifat negatifnya. Sayangnya bukan yang pelit. Â Kalau kami ketemu dan makan makan, walaupun dia sudah kaya, kami masih bayar sendiri sendiri. Hedeuh..Â
Karena pengalaman diatas, saya jadi merenung. Kalau dulu saya. Mati di usia SMA, enak ga ya? Saya kan tidak harus belajar lagi, cari jati diri, masuk kuliah, bikin skripsi, melamar kerjaan, menikah, momong anak dan seterusnya seterusnya. Kehidupan yang menderita kalau saya salah menjalaninya.Â
Namun, kehidupan jaman SMA juga bisa sangat menyenangkan. SMA adalah masa yang paling indah. Begitu yang didendangkan Paramita Rusadi lewat lagunya "Nostalgia SMA". Naksir idaman, bolos bareng, ngerjain teman, mimpi basah. Saya yakin semua orang pernah mimpi basah waktu SMA. Pengalaman yang menyenangkan, menegangkan, membuat ketagihan. He he he.Â
Lanjut.Â
Bagaimana kalau mati di usia mahasiswa? Tentunya juga sama. Tidak ketemu UTS, UAS, ketemu dosen killer, tidak bikin skripsi juga tidak dibilang cemen karena tidak mau ikut demo.Â
Menjadi mahasiswa, banyak juga pengalaman yang menyenangkan sekaligus membanggakan. Dianggap pinter karena sudah 'maha'siswa, Â disebut berani karena ikut demo di depan sendiri. Di elu-elukan berjasa karena sudah menumbangkan penguasa. Dan seterusnya.Â