Mohon tunggu...
Sri Hartanti
Sri Hartanti Mohon Tunggu... Lainnya - Orang Biasa

Di sini aku hanya ingin berbagi cerita dari berbagai kisah yang aku kehendaki untuk dibaca orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Terbuka untuk Fulan (Kamu nun Jauh di Sana)

13 Juni 2020   12:09 Diperbarui: 17 September 2021   15:30 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hai kalian.. terutama kamu, iya kamu, kamu yang selalu aku semogakan. Melihatmu.. walau buram jauh lebih menarik dari menyaksikan letupan kembang api atau purnama yang sangat aku suka. Ya, aku lebih suka berangan tentangmu ketimbang melihat gemerlap dunia. Semoga seperti judul lagu, "anganmu anganku". 

Semoga semoga dan hanya semogalah yang kini ada.. karena aku sangat percaya Tuhan sangat menyayangiku, sehingga Ia masih memberiku percaya bahwa akan ada saatnya kita makan es krim bersama dengan sehelai benang di tangan kiriku yang di ujungnya terikat pada balon, akan ada saatnya aku tak sendiri menyaksikan letupan kembang api, dan akan tiba masa dimana aku menatap purnama bersamamu.

Aku tak percaya reinkarnasi, tapi.. aku percaya keadaan pasti terus berubah. Aku pasti akan menemukanmu. (Heh, optimis sekali). Dunia memang tak seluas daun kelor, tapi.. garam di laut asam di darat pun bertemu dalam masakan ibu kan? Bulan dan matahari pun ada saatnya tak terhalang bumi kan?
Semua hanya tentang waktu, kita hanya belum tiba pada waktu yang tepat. Fajar memang akan berlalu, tapi selalu ada fajar yang baru. Begitu pula senja tiba pada waktunya.

Mengingatmu.. (oh buakan),
Berangan tentangmu..
tak pernah ada habisnya.. (oh tidak),
akan ada saatnya aku berhenti.
Kapan? Saat angan itu kuungkapkan padamu, dan kuajak kau menyata-kannya. Kita akan melakonkan cerita yang kutulis diam diam pada tengah malam, cerita dalam file yang kuberi sandi agar hanya kita yang tahu bahwa aku pernah bahkan selalu mengharapkan temu itu.

Aku harap kau tak pernah sungkan bila sadar terasa, datanglah.. Boleh kau ragukan siapapun, tapi jangan aku. Kacang tak pernah lupa kulitnya, ia hanya tak mampu melawan keadaan.

Aku masih di sini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun