Mohon tunggu...
Sri Endah Mufidah
Sri Endah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI di Pemkab Blitar

Menyukai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memilih Tidak Memiliki Anak, Salahkah?

29 Agustus 2021   09:46 Diperbarui: 29 Agustus 2021   09:52 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua orang bilang, anak adalah penerus garis keturunan keluarga. Dan itu betul adanya, karena tanpa adanya anak, secara otomatis, garis keluarga yang kita miliki akan berhenti sampai disini. Selain itu ada nilai yang lebih penting dari sekedar penerus garis keturunan keluarga. Kalau kita meninjaunya dari segi agama, menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari  Rasulullah  "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR Muslim).

Kalau kita mengulas hadits tersebut secara tersurat, bahwa anak shaleh yang kita miliki akan mendoakan kita bila kita meninggal dunia kelak. Oleh karena itu setiap orang tua menginginkan memiliki anak dengan harapan akan ada anak yang mendoakan kita bila kita meninggal dunia. Sehingga, bagi beberapa orang berusaha dengan mengikuti berbagai terapi dengan harapan mereka bisa memiliki anak.

Tetapi, ada beberapa orang enggan memiliki anak dengan beberapa alasan antara lain:

1. Trauma.

Ada beberapa kejadian yang sering terjadi di sekitar kita tentang hubungan anak dan orang tua. Ada anak yang dengan teganya mengirimkan orang tuanya ke panti jompo saat mereka sudah tua. Nah, kejadian seperti ini membuat beberapa calon orang tua memiliki pemikiran bahwa tidak semua anak yang kita harapkan akan merawat kita jika kelak kita sudah usia lanjut, akan berbuat seperti yang kita inginkan. 

Malah ada yang lebih kejam dari itu. Beberapa waktu lalu,media dihebohkan dengan beredarnya berita tentang seorang anak yang membuat surat pernyataan bahwa mereka tidak mau memelihara orang tua mereka, sehingga orang tuanya dirawat oleh tetangganya sampai tetangga tersebut meninggal dunia, dan akhirnya diserahkan ke dinas sosial karena anaknya memang tidak mau merawat orang tuanya tersebut.

2. Tidak mau kerepotan

Tidak bisa dipungkiri, memiliki anak bayi adalah sangat repot (baik secara fisik, psykis, ekonomi) apalagi bagi seorang wanita karier atau ibu yang pekerja. Selain harus mengurusi bayi (mulai dari membuat susu, menyuapi, mengganti popok, menidurkan dan lain-lain) seorang wanita karier atau pekerja juga harus mengerjakan tugas-tugas wajibnya sebagai pekerja, disamping harus mengerjakan tugas rumah tangga lainnya. Bagi seorang yang memiliki pemikiran kalau pekerjaan adalah yang paling utama, tentu akan berfikir dua kali untuk memiliki anak, karena dengan memiliki anak, mereka berfikir akan sangat menghambat kariernya.

3. Enggan merasakan sakit saat mengandung dan melahirkan

Sebagai seorang ibu yang sudah pernah melahirkan, semua orang tentu sudah merasakan bagaimana sakitnya saat melahirkan, baik itu secara normal maupun secara operasi caesar. Belum lagi beberapa hal yang terjadi saat mengandung. Ada beberapa orang yang merasa sangat tersiksa saat mengandung, karena badan terasa sakit semua, perut yang selalu sakit juga peristiwa ngidam yang terjadi, meskipun antara ibu satu dengan lainnya mengalami hal berbeda saat mengandung.

4. Enggan ada perubahan fisik

Memiliki tubuh yang cenderung berubah ( menjadi jelek) menjadi hal yang sering terjadi bagi seorang wanita yang baru melahirkan. Perubahan secara fisik yang sering  terjadi antara lain:

  • Penambahan berat badan pasca melahirkan.
  • Bentuk payudara yang cenderung kendur pasca menyusui
  • Timbulnya stretch mark pada bagian tertentu, yang tentu saja akan mengurangi keindahan serta kemulusan tubuh

Sehingga bagi beberapa orang memilih untuk tidak memiliki anak dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut. Tanpa anak, mereka memiliki solusi antara lain akan mengadopsi anak yang kelak akan merawat mereka saat usia lanjut. Ada lagi yang memiliki pendapat kalau dananya akan dipakai untuk merawat anak yatim piatu yang ada disekitar mereka dan lain-lain.

Apapun alasannya, adalah menjadi hak masing-masing orang untuk memiliki ataupun tidak memiliki anak dan itu tidak bisa dipersalahkan, karena mereka pasti sudah mempertimbangkan dampak baik maupun buruknya.

Blitar, 29 Agustus 2021

Sri Endah Mufidah

Sumber: https://www.republika.co.id/berita/

Sumber gambar:  https://m.merdeka.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun