Alam seperti punya mekanismenya sendiri. Bila tidak mau dibilang kejam. Karena sudah sepekan terakhir, puluhan hingga ratusan hektare sawah di Provinsi Bengkulu rusak dihantam banjir atau longsor. Contohnya di Kabupaten Rejang Lebong, yang puluhan hektare tanaman padinya mengalami kerusakan akibat banjir yang terjadi pada Jumat malam lalu.
Sebelumnya, hujan deras yang melanda Kabupaten Rejang Lebong 1 Maret lalu menyebabkan Sungai Air Duku meluap sehingga menyebabkan puluhan rumah di Kelurahan Dusun Curup dan Kelurahan Talang Benih, Kecamatan Curup terendam. Banjir ini juga merusak areal persawahan dan menjebol kolam ikan dan merusak jembatan di Kecamatan Curup Timur dan Kecamatan Curup Utara.
Berdasarkan pendataan sementara yang dilakukan petugas Dinas Pertanian dan Perikanan di lapangan diketahui jika banjir yang terjadi beberapa hari lalu setidaknya telah merusak 20 hektare tanaman padi yang  tersebar di beberapa lokasi. Sementara ini yang mengalami kerusakan mencapai puluhan hektare tersebar di sejumlah desa dalam Kecamatan Curup Utara dan Kecamatan Curup Timur.
Sedangkan di Kecamatan Curup Timur meliputi sawah petani di Desa Duku Ulu mencapai 10 hektare, Duku Ilir 4 hektare serta Kelurahan Karang Anyar diperkirakan mencapai 5 hektare.
Sampai sejauh ini, data sawah yang rusak masih bisa bertambah. Karena tidak menutup kemungkinan ada sawah lainnya yang terdampak banjir akibat hujan deras yang terjadi sepanjang akhir pekan lalu.
Padi yang sudah hampir menguning pun dipastikan rusak. Sehingga petani harus menanam dari ulang. Agar kerugian tidak semakin parah, aparat Kementerian Pertanian (Kementan) atau dinas terkait, hendaknya bisa memberikan bantuan bibit pengganti untuk sawah yang baru melakukan penanaman padi.
Selain banjir, ada juga sawah petani yang masih tertimbun lumpur sejak terdampak longsor pada 6 Februari 2019. Terdapat lima hektare sawah milik warga Desa Tabeak Kauk, Kecamatan Lebong Sakti yang rusak total karena masih tertimbun  hingga akhir pekan kemarin. Bahkan sampai saat ini, belum ada penanganan, baik itu pemulihan atau bantuan benih padi.
Bencana longsor dan banjir pada 6 Februari 2019 membuat sebanyak 18 hektare sawah terendam, belum lama ini. Â Akibatnya, sekitar lima hektare sawah warga saat ini rusak total karena tertimbun lumpur. Sebagian padi yang tertimpa material dibersihkan dengan cara gotong royong. Namun, kondisi tanaman umumnya kurang baik, seperti daun atau batang yang tumbuh kerdil dengan bulir yang diprediksi tidak terisi penuh.
Seorang petani bercerita, padi yang ditanamnya itu baru berumur kurang lebih dua bulan namun musnah diterjang lumpur. Padahal dalam setahun, padi itu menjadi andalan keluarga. Sebab, tiap tahun dapat menghasilkan 50 karung padi. Gambaran serupa juga terjadi di petani-petani lainnya.