Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers. Cerpen pertama Kartini Dari Negeri Kegelapan menjadi Juara III Lomba Menulis Cerpen (Defamedia, Mei 2023); Predikat Top 15 Stories (USK Press, Agustus 2023); Juara II Sayembara Cerpen Pulpen VI (September 2023); Juara II Lomba Menulis Cerpen Bullying (Vlinder Story, Juni 2024); Predikat 10 Top Cerpen Terbaik (Medium Kata, Agustus 2024); Juara III Lomba Menulis Cerpen The Party's Not Over (Vlinder Story, Agustus 2024); Predikat 10 Top Cerpen Terbaik (Medium Kata, Oktober 2024). Novel yang telah dihasilkan: Baine (Hydra Publisher, Mei 2024) dan Yomesan (Vlinder Story, Oktober 2024). Instagram: @srifirnas; personal website https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Ambisi Berbelok Arah

1 September 2025   14:30 Diperbarui: 1 September 2025   14:01 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Layang-layang  https://media.easy-peasy.ai/03161798-d57c-48ca-b8bf-1ca22575c0ef/bd5a849a-5b42-4799-ba93-bcb1109f93f8.png

Terlihat keramaian mempersiapkan tujuh belas agustusan di Kampung Duri. Bendera dan aneka hiasan berlatar merah putih mulai di pasang di sepanjang jalan. Semua orang Kampung Duri bergembira karena merebak kabar bahagia bakal diadakan lomba layang-layang hias berhadiah sangat menarik. Rafa, bocah kelas empat sebuah Sekolah Dasar di Kampung Duri merasa riang sekali mendengar berita itu. Namun hari ini dia menggerutu kesal karena layang-layangnya putus setelah beradu dengan layang-layang milik Mustakim, anak kampung sebelah.

"Layang-layangku kalah karena kamu tidak membantu mengulur benang dengan benar," Rafa memarahi kelompok bocah yang berkumpul di dekatnya. Dia membanting ke tanah kaleng tua berisi sisa gulungan benang. Saat itu mereka berada di tepi lapangan tempat sapi dibawa merumput. Rafa memandang ke langit yang  dipenuhi beberapa layang-layang  menari tertiup angin. Nafasnya menderu tidak karuan.

"Layang-layangmu tidak bagus terbangnya, dia selalu miring ke kanan," celetuk salah seorang bocah bersuara pelan.

"Kamu pembohong, tahu apa kamu tentang layang-layangku?" nada suara Rafa meninggi dan menunjuk wajah si bocah penuh kemarahan. Mendengar kemarahan Rafa, semua bocah lelaki itu menunduk menatap rerumputan yang diinjaknya. Salah satu bocah berambut gimbal terbakar matahari menyikut marah anak lelaki yang nyeletuk mengatakan layang-layang Rafa tidak bagus terbangnya.

"Tampaknya kalian sangat berbahagia melihat layang-layangku dikalahkan anak kampung sebelah," suara Rafa kembali menggelegar melampiaskan rasa kesal. Hal itu spontan menghamburkan kerumunan bocah bau kencur. Mereka lari terbirit-birit meninggalkan Rafa sendirian di tempat itu.

Waktu lomba layang-layang hias semakin dekat. Niat Rafa semakin membara ingin ikut lomba karena di dengarnya Mustakim, musuh bebuyutannya bakal tampil dengan layang-layang andalannya yang bergambar bajak laut. Saat itu telah tiba waktu makan siang. Tanpa mengucapkan salam, Rafa berlari masuk ke dalam rumah. Dia segera mencuci tangan dan kakinya di kamar mandi dan bergabung bersama Bapak di meja makan.

"Aku harus memenangkan lomba layang-layang hias yang diadakan oleh Pak Lurah. Pendaftarannya gratis," suara Rafa terdengar penuh semangat. Rafa menyendok nasi sampai piringnya nyaris penuh. Dia juga menyendok sup ke piringnya dengan terburu-buru sampai kuahnya tumpah sedikit ke meja. Lelaki paruh baya berambut keriting warna perak dan berbadan kurus mendehem pelan. Dia menatap putranya yang sedang melahap makanan. Mulut Rafa berbunyi nyaring saat menyeruput sup ayam kesukaannya.

"Makanlah yang sopan, pelan-pelan saja. Jangan berbunyi mirip soang yang baru menemukan makanan," tegur Bapak dan melototkan matanya pada Rafa. Anak lelaki itu menjawab dengan mulut penuh sehingga sebagian nasinya muncrat keluar. Dia mencomot beberapa potong tempe panas mengepul yang baru diletakkan oleh Emak ke atas meja. Rafa langsung menggigitnya dan terdengar teriakan kepanasan. Tanpa sengaja makanan yang sudah ada dalam mulut Rafa tersembur keluar. Emak membelalak, tampaknya perempuan itu amat marah.

"Kunyahlah makananmu dengan baik," Emak mendengus kesal karena meja makan terlihat sangat jorok dipenuhi butiran nasi  berasal dari mulut Rafa. Tanpa diduga, anak lelaki itu tiba-tiba mendesah kepedasan setelah menggigit potongan cabai rawit yang berbaur bersama irisan tomat di dalam cocolan kecap. Refleks dia kembali memuntahkan sebagian nasi yang telah dikunyahnya sehingga berhamburan di atas piring dan terlihat sangat menjijikkan. Rafa gelagapan, mulutnya serasa terbakar karena rasa pedas cabai rawit spontan merebak saat tergigit. Segera diminumnya teh manis milik Emak yang berada dalam sebuah gelas besar. Terdengar bunyi sendawa nyaring dari kerongkongan Rafa.  Orang tuanya bergidik ngeri melihat perilaku barbar sang anak menyantap makanan.

"Hilang sudah selera makanku karena kelakuan bocah ini," penuh rasa kesal Emak beranjak dari meja makan dan berjalan menuju ke dapur. Langkah Emak disusul Bapak yang akan mencuci tangan setelah selesai makan. Rafa cengengesan melihat tumpukan sisa nasi di atas piringnya. Perutnya langsung kenyang setelah minum segelas teh manis. Dia segera meninggalkan meja makan tanpa rasa bersalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun