Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Benci Toleransi, Mari Saling Menghargai

10 Desember 2022   12:35 Diperbarui: 10 Desember 2022   12:47 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - jalandamai.org

Apa yang salah dengan toleransi? Bukankah ini nilai-nilai luhur warisan para pendahulu negeri ini? Bukankah toleransi ini merupakan perekat keberagaman yang ada di negeri ini? Bukankah toleransi ini juga diadopsi dalam Pancasila, yang kemudian dijadikan dasar dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Toleransi juga tidak ada yang bertentangan dengan ajaran agama. Karena itulah, budaya saling menghargai dan menghormati ini banyak juga disuarakan para pemuka agama.

Namun, toleransi ini seringkali dipersoalkan dan dipertentangkan oleh kelompok intoleran. Kenapa? Karena dianggap tidak sesuai dengan realita yang ada saat ini. Seperti kita tahu, mayoritas masyarakat Indonesia memilih menjadi muslim. Dan secara angka, masuk kategori yang terbesar di dunia. Karena itulah, segala aturan dan perundangan yang ada di negeri ini dinilai tidak sesuai dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang muslim.

Pandangan kelompok intoleran ini jelas menyesatkan dan tidak benar. Karena toleransi tidak pernah mengajarkan untuk saling menyakiti. Toleransi juga tidak pernah mengajarkan untuk saling membenci, apalagi meledakkan dengan bom bunuh diri. Karena itulah penting kita untuk berdampingan dalam keberagaman. Perbedaan pada dasarnya sudah ada jauh sebelum agama-agama masuk ke Indonesia. Kebergaman sudah diciptakan Tuhan sejak dulu. Jika kelompok radikal mempersoalkan keberagaman dan bertentangan dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang muslim, jelas hal itu tidak benar.

Dalam ajaran muslim pun, juga tidak dibenarkan saling menyakiti, saling menghujat, mencari kesalahan orang lain apalagi meledakkan diri sendiri dengan bom. Seperti yang baru-baru ini terjadi ledakan bom di Bandung, tentu sangat disayangkan. Jika kita pikir secara logis, tidak ada manfaatnya. Sebaliknya, keputusan meledakkan diri justru membut kita mati sia-sia, dan membuat orang tak berdosa ikut menjadi korban.

Satu hal yang perlu kita pahami adalah, tidak ada satupun agama yang mengajarkan untuk menumpahkan nyawa dengan alasan apapun. Yang ada hanyalah orang yang salah dalam memahami agama. Bukan karena agamanya yang salah, tapi proses memahaminya yang salah. Karena sekarang ini banyak sekali sekali orang yang mengaku paham agama, mengajarkan pemahaman yang salah di dunia maya. Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat yang salah dalam memahami agama. Ironisnya, pemahaman yang salah itulah yang kemudian disebarluaskan, dengan dibumbui provokasi yang akhirnya melahirkan perilaku yang intoleran.

Sekali lagi, semua agama menganjurkan untuk saling toleransi dan menjauhi sebaga bibit kebencian, bibit intoleran, atau bibit radikalisme. Bahkan, Islam ketika masuk ke Jawa pun, juga menerapkan prinsip-pinsip toleransi. Wali Songo yang menyebarkan Islam ketika itu justru mengajarkan akulturasi, dan hal tersebut bisa kita rasakan hingga saat ini. Di era Rasulullah SAW pun juga tidak pernah diajarkan untuk melakukan perbuatan yang tidak baik. Sebaliknya, justru dianjurkan untuk berloba berbuat kebaikan. Dan toleransi merupakan salah satu perbuatan baik.

Mari kita belajar dari kearifan lokal masyarakat adat. Hilangkan bibit kebencian yang ada dalam diri. Jika ada kecocokan terhadap kebijakan pemerintah, disalurkan dengan cara yang tepat untuk menyampaikan aspirasi. Meledakkan diri bukanlah bentuk aspirasi ataupun jihad, seperti yang selama ini diklaim oleh kelompok radikal. Dan toleransi merupakan upaya untuk menjauhkan dari kebencian diri. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun