Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersama Komitmen Menebar Pesan Perdamaian di 2021

31 Desember 2020   23:49 Diperbarui: 31 Desember 2020   23:55 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - kompas.com

Sebentar lagi kita semua akan meninggalkan tahun 2020. Banyak kisah, pengalaman dan pembelajaran yang bisa kita ambil di tahun ini. Dan tentu saja, segala pembelajaran itu harus bisa kita pegang, untuk kita lanjutkan di tahun mendatang. Sementara, ucapan dan perilaku buruk yang menjadi ganjalan di tahun 2020, harus kita tinggalkan dan tidak diulangi lagi. Hal ini penting, agar Indonesia tetap menjadi negara yang majemuk, toleran, mengedapankan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian.

Seperti kita tahu, penyebaran ujaran kebencian, provokasi, dan propaganda radikalisme masih menjadi hal yang mengkhawatirkan di 2020. Perilaku tersebut telah membuat banyak masyrakat yang menjadi korban. Kenapa banyak yang menjadi korban? Karena tingkat literasi masyarakat Indonesia terbilang masih sangat rendah. Karena rendahnya literasi itulah, segala informasi yang berkembang dianggap sebagai fakta, padahal semua itu adalah hoaks alias berita bohong.

Politik identitas sempat menguat ketika pilpres dan pilkada. Politik identitas inilah yang merusak kerukunan dan tolransi yang ada. Pandangan mayoritas dan minoritas selalu saja dimunculkan oleh kelompok intoleran. Yang mayoritas merasa paling benar, paling suci, dan bisa sesuka hatinya melakukan persekusi, jika minoritas dianggap bertentangan. Padahal, Indonesia adalah negara damai, negara yang sangat toleransi.

Penyebaran narasi kebencian yang dilakukan oleh kelompok intoleran, harus disudahi. Mari kita berikan penyadaran kepada semua orang, agar tetap berargumentasi tapi tidak mengganggu hak orang lain. Ap aitu hak orang lain? Hak untuk tetap bisa merasa nyaman, saling memanusikan, dan saling menghargai satu dengan yang lain.

Mari kita rubah narasi kebencian ini dengan menjadi narasi perdamaian. Karena kita pada dasarnya adalah negara damai. Berbagai adat dan budaya suku-suku yang ada di Indonesia, tidak ada satupun yang mengedepankan diskriminasi. Betul suku di pedalaman terkadang masih saling berperang, namun setelahnya ada budaya saling memaafkan. Perang pun juga sudah mulai berkurang, seiring dengan kemajuan zaman.

Mari kita introspeksi. Mari bekali diri dengan literasi, agar tidak mudah terprovokasi dengan pesan-pesan kebencian. Apa yang perlu kita pahami dari kelompok ini? Umumnya mereka mengajak untuk saling membenci orang yang berbeda agama, ras, pendapat dan pemahaman politik. Mereka juga seringkali memunculkan narasi ketidakadilan. Narasi yang dibangun umumnya bernuansai intoleransi. Seringkali merendahkan, mencari keburukan orang lain dan kesalahan. Dan mereka juga seringkali memunculkan narasi konspirasi. Pemerintah dianggap tidak becus, tidak berpihak pada mayoritas atau yang lainnya.

Jika kita sudah paham karakter dari narasi yang menyesatkan tersebut, menjadi tugas kita bersama untuk juga menyebarkan narasi-narasi yang menyejukkan, inspiratif dan penuh perdamaian. Media sosial yang selama ini sering disalahgunakan oleh oknum yang tak bertanggung jawab, mari kita bersihkan dari segala bentuk pesan-pesan negatif.

Mari kita saling berdampingan dalam keberagaman. Mari kita tidak saling membenci. Selaiknya mari kita saling mencintai dalam damai. Dan mari terus berkomitmen menyebarkan pesan-pesan perdamaian di dunia nyata dan dunia maya. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun