Pada tanggal 31 Agustus 1945, Pemerintah Republik Indonesia pernah mengeluarkan maklumat bahwa bangsa ini punya salam nasional yang berlaku sejak 1 September 194. Maklumat itu sampai sekarang berlaku karena belum dicabut. Pemrakarsanya adalah Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno.
Beberapa orang mungkin sinis soal salam kebangsan itu karena inheren dengan  Soekarno. Bagaimanapun kita menghargai kondisi psikologis kebangsaan yang terjadi saat itu yaitu bisa meraih kemerdekaan yang dengan susah payah diupayakan.Â
Penjajahan yang dialami bangsa Indonesia sangat luar biasa kejam dan memakan banyak korban. Kebijakan tanam paksa yang sangat menyengsarakan para petani dan masyarakat bawah, serta banyak ratusan peperangan di daerah yang sempat membianasakan pemimpin setempat.
Tak itu saja , penjajahan merampas banyak harapan dari rakyat melalui devide et impera- satu kebijakan untuk memecah belah bangsa. Beberapa bumiputra berdarah bangsawan dan kalangan tertentu memang mendapatkan previlage dari Belanda, seakan derajatnya lebih tinggi sehingga kondisi-kondisi itu membenturkan sesama bumiputra sendiri.Â
Lalu politik etis muncul karena banyak kritik kebijakan tanam paksa di Hindia Belanda. Politik etis memungkinkan beberapa pihak mendapat pendidikan cukup sehingga dapat membuka ruang perlawanan terhadap Belanda diluar kekerasan yaitu melalui jalan diplomasi.Â
Diplomasi ampuh membuat pengaruh Belanda surut dengan cepat dikalangan masyarakt Nusantara, selain kondisi dunia saat  itu yang tengah mengalami gejolak karena Perang Dunia I.
Diplomasi Indonesia lahir dalam kondisi seperti itu. Sehingga bisa dibayangkan keadaannya sangat sulit sekali. Merdeka membutuh energy, kesatuan cita-cita-ide dan kemauan bersatu dan itu tercermin dalam salam persatuan 'Merdeka'
Menurut Soekarno, Â pekik merdeka adalah "pekik pengikat" pekik nasionalisme. Tapi bukan saja pekik pengikat, melainkan adalah cetusan daripada bangsa yang berkuasa sendiri, dengan tiada ikatan imprealisme dengan tiada ikatan penjajahan sedikit pun.Â
Maka oleh karena itu terutama  fase revolusi nasional kita sekarang ini, fase revolusi nasional belum selesai, jangan lupa kepada pekik merdeka! Tiap-tiap kali kita berjumpa satu sama lain, pekikkanlah pekik "merdeka!"