Mohon tunggu...
SPA FEB UI
SPA FEB UI Mohon Tunggu... Akuntan - Himpunan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

Studi Profesionalisme Akuntan (SPA) Faculty of Economics and Business Universitas Indonesia (FEB UI) is a student organization in FEB UI whose member are its accounting students. SPA FEB UI was established on August 22nd, 1998. Initially, SPA was a place for accounting students to study and focus on accounting studies. Nowadays, SPA has grown to become an organization which is not only a place to study and discuss about accounting issues, but also a place for accounting students to develop themselves through non-academic opportunities. Furthermore, SPA builds networks and relation to other communities, such as universities, small medium enterprise, academicians, and practitioners. Through these project, SPA always tries to give additional values to its stakeholders, especially FEB UI accounting students.

Selanjutnya

Tutup

Money

TAXnology, When Tax Embraces Technology

13 Mei 2021   06:48 Diperbarui: 13 Mei 2021   06:49 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Interaction across the physical, digital and biological domains that make the fourth industrial revolution fundamentally different from previous revolutions." Klaus Schwab dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution menggambarkan bahwa revolusi yang keempat ini akan membawa banyak perbedaan, dimana teknologi yang ada akan memunculkan interaksi dari ranah fisik, digital, dan biologis. Dunia industri saat ini memang sedang mengalami revolusi yang keempat atau Revolusi Digital. 

Perubahan ini membuat teknologi benar-benar seperti menyatu dengan kehidupan sosial manusia. Perubahan tersebut ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi yang luar biasa seperti dengan munculnya Artificial Intelligence, Internet of Things, dan Big Data. Apakah negara-negara di dunia ini sudah mulai merangkul adanya kemajuan teknologi ini? Lalu apakah upaya digitalisasi dalam dunia pajak dapat membawa manfaat bagi kemajuan sektor pajak? Di artikel ini akan dibahas hal-hal apa yang terbantu dan berubah dari sektor pajak karena adanya Revolusi Digital ini.

 

ARTIFICIAL INTELLIGENCE (A.I.)

Kecerdasan otak manusia kini sedang dicoba untuk diimitasi dan ditanam pada gawai yang kita pakai sehari-hari. Tujuannnya adalah agar manusia dapat lebih produktif dalam hidup dengan mengurangi beban pikiran akan hal-hal yang biasa dilakukan. Financial Gravity, sebuah firma hukum pajak di Dallas, sedang membuat proyek artificial intelligence untuk membuat suatu perencanaan pajak (tax planning) yang diberi nama Odele. Perangkat lunak yang saat ini sedang dalam proses pengembangan ini diharapkan dapat melakukan rekomendasi tentang perencanaan pajak yang optimal untuk tahun berjalan berdasarkan asumsi dan perkiraan penghasilan serta beban dari wajib pajak. 

Selain itu, perangkat lunak ini juga dapat mempelajari dan memutakhirkan algoritmanya berdasarkan kasus-kasus pajak yang perangkat lunak itu kerjakan, regulasi perpajakan terbaru dari IRS, dan kasus-kasus pengadilan pajak. Perangkat lunak ini dapat segera memberikan pemberitahuan pada Wajib Pajak apabila strategi perencanaan pajak yang dibuatnya tidak lagi efisien. Saat ini, software Odele sedang dalam tahap pembuatan dan produknya belum dirilis. Namun, apabila ini terwujud maka akan sangat membantu sekali bagi perusahaan untuk membuat skenario dalam perencanaan pajak sehingga pajak yang disetor Wajib Pajak nantinya akan lebih efisien.

 

Internet of Things (IoT)

Internet of Things adalah sebuah konsep baru yang berkembang pesat di era Revolusi Industri 4.0. Definisi dari Internet of Things sendiri memang belum ada yang jelas, namun dengan menjawab pertanyaan "Apakah produk dari vendor A bisa berkomunikasi dengan vendor B?" sudah cukup memberikan jawaban apakah sebuah perangkat termasuk ke dalam Internet of Things atau tidak. Regulator pajak di seluruh dunia termasuk di Asia Tenggara saat ini sedang meningkatkan penggunaan teknologi untuk meningkatkan penerimaan pajak sekaligus mengurangi kebocoran dari penerimaan pajak dengan produk-produk Internet of Things. 

Negara yang pertama kali menggunakan produk Internet of Things ini adalah Singapura. Regulator pajak Singapura, IRAS (Inland Revenue Authority of Singapore), menggunakan sistem elektronik bagi wisatawan-wisatawan asing yang memenuhi syarat tertentu untuk melakukan tax refund atas Goods and Service Tax pada mesin kios e-TRS (Electronic Tax Refund System) yang terletak di Bandara Changi. Kita hanya perlu menggesekkan kartu kredit/debit yang kita pakai untuk belanja lalu uang bisa segera kita terima atau selain itu bisa dengan mengumpulkan tiket e-TRS dari merchant yang sudah berpartisipasi dalam Tourist Refund Scheme. 

Hal ini mempercepat proses perpajakan karena pengisian formulir sudah tidak dilakukan dengan menggunakan kertas. Selain di Singapura, Indonesia juga tak ketinggalan dalam menggunakan produk Internet of Things di dalam sektor perpajakannya. KPP Pratama Tanjung Pandan yang terletak di Belitung menggunakan drone yang dikendalikan dengan smartphone dari darat untuk membantu menemukan potensi pajak dari tambang timah dan perkebunan sawit. Drone digunakan karena daerah-daerah tersebut relatif sulit dijangkau oleh manusia. Dengan digunakannya drone maka data dari lapangan diperoleh lebih cepat dan akurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun