Mohon tunggu...
hanny kurnia
hanny kurnia Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Political Science. Part time blogger.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembentukan Karakter Kepemimpinan Berbasis Nasionalisme ala Ki Hadjar Dewantara

23 Oktober 2019   21:13 Diperbarui: 23 Oktober 2019   21:30 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudahan dalam belajar secara otodidak juga dengan mudah didapat dengan media-media sosial atau internet, akan tetapi juga dapat menjadi suatu masalah besar, seiring berjalannya waktu, karena kemudahan teknologi memberikan dampak pada anak-anak,mahasiswa dan dewasa dalam mengetahui kebenaran akan berita dan penyebaran pengajaran yang terkadang belum bisa diuji berdasarkan persyaratan ilmu. Kemudahan teknologi pada zaman modernisasi dan digitalisasi seperti ini justru terkadang menjadi pemicu dari keresahan dan pemicu akan pecah belah sesama anak bangsa.

Salah satu persyaratan ilmu adalah dapat teruji kebenarannya, objektif, sistematis, relevan, dan lebih lagi persyaratan penting dalam ilmu pengajaran adalah 'manusia boleh bersalah akan tetapi manusia tidak boleh berbohong'. Kemerosotan kekuatan moral pada belakangan ini, menjadi suatu tolak ukur, mundurnya pendidikan di Indonesia.

Pencederaan moral saat ini justru banyak dilakukan oleh para elite terutama untuk kepentingan-kepentingan politik, dan hilangnya tokoh-tokoh negarawan yang seharusnya menjadi contoh akan infrastruktur manusia di masa mendatang. Pencederaan moral seperti korupsi, keserakahan yang menjadikan manusia menjadi seorang yang kaya raya akan tetapi miskin moral, kebencian, iri hati, ketidakjujuran dan sebagainya yang dilakukan oleh para manusia pelaku pencederaan bermoral.

Dalam hal ini, konsep pengajaran Ki Hajar Dewantara memiliki pengajaran yang tak pernah lekang oleh waktu dan memiliki relevansi yang dapat diterapkan hingga 73 tahun kemerdekaan Indonesia, yaitu nilai-nilai kemanusiaan dan kekayaan moral akan persamaan hak , kebudayaan, kebangsaan dan kepemimpinan yang harus dikedepankan untuk kemajuan bangsa di masa mendatang.

Membentuk generasi baru dengan pengajaran Ki Hajar Dewantara yaitu pendidikan pembentukan berkarakter berbasiskan nasionalisme (Nation Character Building) dengan pendidikan karakter menjadi suatu langkah awal dalam era millennial untuk membentuk generasi berikutnya menjadi manusia yang tidak hanya berkarakter yang mengedepankan nilai-nilai moral, dan beretika tetapi juga nasionalis.

Pembentukan karakter berbasiskan nasionalisme diawali dengan pembentukan kecintaan akan budaya Indonesia sejak anak-anak, agar menjadi tatanan bentuk masyarakat yang tidak lagi hidup dalam batas-batas status sosial, perbedaan agama, nilai-nilai ke-aku-an ( egosentris ) akan tetapi perasaan bangga akan tanah air, bangga akan budaya hingga perasaan bangga memiliki budaya Indonesia yang tertanam sejak dini, menjadi suatu jalan untuk mengabdi pada negara agar melahirkan seorang Anak Bangsa. Dimana setiap warga negara berhak untuk memperoleh pendidikan[3], disamping itu yaitu pendidikan yang baik dan benar yang berguna untuk masa depan.

Pendidikan karakter membentuk seorang anak menjadi cikal bakal pemimpin bangsa di masa depan. Seorang anak bangsa yang juga mencintai kebudayaan, keragaman, kekayaan berbangsa dan hingga pada akhir yaitu pengabdian untuk masyarakat dan menjadi negarawan. Nilai-nilai kebudayaan dalam pendidikan menjadi suatu elemen penting untuk kekuatan moral suatu bangsa. Kekuataan moral manusia yang berbudaya menjadikan Indonesia menjadi negara yang memiliki sumber daya manusia yang kuat dan berdaya saing secara global.

Ketika melalui pendidikan di masa perkuliahan, sebagai mahasiswa menjadi suatu kekuatan moral yang menjadi juga kekuatan politik dalam pemerintahan, kekuatan moral mahasiswa menjadi suatu dasar pemikiran kritis dalam non politik yang dapat membawa arah bangsa menjadi lebih baik melalui sikap demokratis dan pikiran kritis yang berlandaskan pancasila, dan tridarma perguruan tinggi.

Seperti pada catatan lembar sejarah bangsa Indonesia, bagaimana mahasiswa mampu menggerakan arah bangsa atas jatuhnya rezim orba pada tahun 1998, dengan aspirasi melalui aksi-aksi demonstrasi, terbukti mampu menggerakan dan mengembalikan demokrasi di Indonesia, Hingga tumbangnya orba menjadi titik awal lahirnya tatanan baru pemerintahan yaitu Reformasi.[4] Pembuktian mahasiswa meskipun berstatus mahasiswa bukanlah anak bawang yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk suatu penentuan arah bangsa untuk lebih baik.

Pentingnya pembentukan karakter dalam kepemimpinan berbasiskan nasionalisme, menurut saya adalah pendidikan dengan mengedepankan prinsip-prinsip moral ditegakkan, agar terhindar dari kesesatan pikir terutama dalam berpolitik yang hanya memperebutkan kekuasaan yang mengedepankan kepentingan-kepentingan politik dan memicu pecah belah antar sesama anak bangsa karena pemilihan berbeda.

Pendidikan karakter berbasiskan nasionalisme , membentuk jiwa kepemimpinan , karena kepemimpinan bukan tentang siapa yang berani tampil paling depan dan bersuara paling banyak, akan tetapi kepemimpinan ala Ki Hajar Dewantara yang harus diterapkan kembali dimasa sekarang ini adalah manusia berjiwa kepemimpinan yang mengutamakan prinsip-prinsip moral yaitu nilai agama (akhlak), kemerdekaan (kebebasan menyampaikan pendapat dan perlakuan yang sama), kebenaran, dan beretika. Beretika menjadi hal utama yang harus ditanamkan dari usia dini hingga mahasiswa melalui pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun