Mohon tunggu...
Soufie Retorika
Soufie Retorika Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka seni, budaya Lahat

Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Yang "Tahu" Pasti Rindu

29 Mei 2020   01:34 Diperbarui: 29 Mei 2020   01:34 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahu kedelai bungkus, Dok. Pribadi

Bermula beberapa hari setelah Idul Fitri 1441 Hijriah, saya rindu makan tahu dan tempe. Sering-sering diledek tentang makanan kesukaan legendaris ini kubiarkan saja. 

"Hon, kalo subuh ke pasar beliin tahu atau tempe, ya!"

Saya sesekali malas ke pasar, jadi si mas yang ke pasar. Tapi sesekali dia juga yang masak, saya penikmat masakan dan seduhan kopinya, penikmat paling egois. Ternyata pesanan paling mahal itu sejak Idul Fitri hari ke-2 belum ada yang berjualan di pasar tradisional, apalagi warung masih tutup.

Di kota kecil kami harga tempe daun atau tempe bungkus plastik mulai dari Rp 1.000-Rp 5.000, tahu goreng dari pabrik mulai dari isi 20 buah - 40 buah seharga Rp 10.000. tapi tahu potong dan tahu bungkus berbeda harga dari Rp 2.000 isi 3 potong atau Rp 5.000 isi 4 tahu bungkus. Mungkin di kota lain jauh lebih mahal.

Dan setelah melihat Marketplace di Facebook ternyata sudah ada yang jualan tahu. Searching lokasi dan bicara agak lama rupanya yang jualan adalah bapak dari murid ku beberapa tahun silam, dan yang lebih membuat diriku tertawa-tawa dekat sekali dengan rumah kami tinggal, jika ditarik garis lurus tak lebih dari 500 meter.

Siang tadi melewati semak dan hutan kecil kami, tiba di tempat Pak Hasan (56 tahun) langsung saja aku permisi masuk ke dalam workshop di belakang rumah, jejeran ember air dan tahu yang siap di bungkus, ke ujung belakang kulihat kuali besar berdiamater sekitar 50 cm - 70 cm di atas tungku kayu.

Kuali merebus kedelai untuk membuat tahu, dok. Pribadi
Kuali merebus kedelai untuk membuat tahu, dok. Pribadi

Ruang sederhana, resik, rapi, jajaran kayu di pekarangan juga rapi. Pak Hasan dan Bu Rokaya sejak 1980 an merintis usaha tahu bungkus. Hasan belajar dari tempat kerjanya dahulu, seorang pengusaha tahu Tionghoa. Hingga ia disuruh membuat usaha tahu sendiri.

Dari dapur kerja keluarga ini, yang memulai kegiatan dari pukul 04.00 subuh, lalu setelah ibadah Zhuhur, mulai dibungkus tahu dibukain putih seukuran bujur sangkar dengan panjang 25 cm X 25 cm. Mereka tak memiliki karyawan, Dewi ikut membantu dan pukul 06.00 Bu Rokaya dan Dewi (anaknya) sudah berjualan di pasar dan secara online.

"Kami tidak punya karyawan, belum mampu membayar tenaga kerja."

"Hasilnya belum seberapa, apalagi masa Covid-19 ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun