Mohon tunggu...
Harry Puguh
Harry Puguh Mohon Tunggu... Administrasi - Sustainability Profesional

Saya bekerja di lembaga swadaya masyarakat selama lebih dari 20 tahun dan sekarang bekerja dibidang sustainability

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Karyawan Menjadi Pengusaha

22 Maret 2021   16:07 Diperbarui: 22 Maret 2021   16:17 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah belasan tahun tinggal di Jakarta, saya baru menyadari bahwa kita harus pandai menabung dan kreatif dalam menghadapi ritme kehidupan di sini. Secara pribadi saya merasa beruntung dengan kesempatan bekerja di sekitar Thamrin, Kuningan dan Sudirman, walaupun saya berasal dari desa kecil di kaki gunung Sindoro.

Kehidupan yang saya jalani, bisa jadi menjadi mimpi banyak anak muda yang sekarang berkuliah dan punya mimpi untuk bekerja di Jakarta. Di sisi lain saya juga menyadari, saya harus mengambil kesempatan besar ini untuk bisa beranjak ke level berikutnya, dan tidak tergoda dengan kehidupan mewah di Jakarta. 

Dengan penghasilan yang cukup, saya seharusnya bisa menabung dengan baik, mengejar mimpi  bisa tinggal di jakarta bukan sebagai karyawan, tetapi sebagai orang yang mempunyai bisnis dan bisa membuka lapangan kerja di mana saya berasal.

Untuk mencapai kondisi seperti, saya harus mengerti bahwa perlu strategy khusus hidup di jakarta. Jakarta ada pusat dari segalanya, dan ketika kita sudah menjadi bagian dari system masyarakat di Jakarta, kita harus mencari jalan menemukan pusat-pusat produksi, membangun jaringan yang kuat untuk merintis bisnis disela-sela kesibukan sebagai pekerja sebagai karyawan.

Sebenarnya yang pertama-tama harus saya tahu adalah, passion utama dalam hidup saya itu apa, karena ketika kita bisa menemukan passion kita, dan kita tekun mengejar apa yang yang menjadi passion kita, kita akan dengan sendirinya mempunyai kekuatan yang sangat besar untuk mencapainya. Menjadi karyawan bagi saya adalah bagian dari jalan untuk hidup sesuai dengan passion saya. 

Di seumuran saya (47 tahun), saya dibesarkan dalam keluarga yang pada saat itu, kita tidak memikirkan passion yang kita punya, karena untuk makan dan biaya sekolah aja kita kembang kempis, pada saat itu kuliah untuk menjadi pekerja adalah jalan terbaik.


Awal-awalnya sih saya merasa bahwa saya hidup dimasa yang salah, tetapi seiring berjalannya waktu, saya menjadi mengerti, bahwa apa yang saya lalui adalah bagian dari skenario besar dalam hidup saya untuk mengejar apa yang saya cintai, serta hidup dan menghidupi apa yang saya cintai.

Kenapa sih, harus mencari yang sesuai dengan passion kita, passion itu kaya cinta sejati, ketika kita tau apa passion kita dan kita menghidupinya, kita akan punya kekuatan untuk mengejarnya. Hidup ini bukan hal yang mudah, akan jatuh bangun, dan ketika kita hidup tidak dengan cinta/passion, kita akan mudah menyerah dan tidak bangkit lagi, kalah.

Hidup ini terlalu singkat dan berharga, dan jangan sia-siakan dengan menjalani sesuatu yang tidak kita cintai, saya pastikan itu.

Kembali ke strategi ketika hidup di Jakarta sebagai karyawan yang mempunyai mimpi-mimpi besar dimasa depan yang harus kita kejar. Pertama-tama kita harus memastikan mempunyai waktu yang cukup untuk diri kita sendiri, pastikan waktu kita tidak habis di jalan, tinggallah di dekat kantor, secara besaran akan kelihatan gede, tetapi ketika dihitung rincian biaya harian, transport, waktu serta tenaga, itu tidak cukup banyak membantu kita untuk memikirkan strategi kita untuk mengejar mimpi, kita akan kehabisan tenaga tinggal di lokasi yang jauh, dan kehilangan waktu sangat banyak.

Banyak banget kok pilihan tempat tinggal kita di Jakarta dan Pak Marijo Almarhum sangat mengerti kebutuhan kita, kamar AC dengan air panas, wifi serta laundry tersedia, tinggal pilih saya mana yang sesuai dengan perhitungan kita, dan banyak yang campur kok kosnya J

Kita akan banyak banyak waktu terbuang mengejar angkutan umum, bergelantungan di komuter, sedangkan memakai kendaraan pribadi akan sangat menguras tenaga dan keuangan kita. Terlebih kalau kita memaksakan diri memakai kendaraan roda empat, tenaga, waktu dan biaya terkuras hanya karena gengsi mungkin.

Jadi tinggallah di dekat kantor, cari tempat tinggal yang nyaman, perhitungkan biaya sosial, kesehatan mental serta hitung biaya harian secara bijaksana.

Makan adalah bagian yang sangat penting untuk hidup, dan untuk Jakarta, harus berterima kasih kepada Warteg, dimana-mana tersedia, seberapa pun peningkatan penghasilan kita, janganlah kita berpaling dari Warteg, hiduplah dengan cara biasa kita hidup, seberapapun penghasilan kita. Kita bisa makan 10.000 kok di Jakarta, asal kita bisa menemukan warteg terdekat, dan menendang jauh ego dan gengsi kita.

Bahkan kalau kita sedikit pinter, kita bisa beli lauk di warteg dan nasi kita masak sendiri dari rice cooker kiriman emak dari kampong, tinggal beli lauk sekali dan kita bisa makan tiga kali sehari dari menu variatif dari warteg langganan. Jangan biasakan pakai ojek online lah, harganya sudah dinaikkan 20-30% untuk mereka serta tambahan ongkos kirim, bisa-bisa kita akan membayar 50% dari harga seharusnya.

Tapi memang kadang-kadang kita sering males kan, bahkan untuk menggeser pantat kita, jadi bolehlah kita pakai ojek online sekali-kali, cari promo dan bebas onkir, inget ojek online untuk makanan itu pemborosan kalau kita tidak hati-hati.

Setelah kita mengetahui dimana warteg terdekat, jangan lupa cari tahu dimana pasar tradisional terdekat dengan tempat kita tinggal, kenapa ini penting? Karena dipasar tradisional ini kita bisa mendapatkan barang dan bahan makanan dengan harga lebih murah dan yang lebih penting lagi, kita menemukan interaksi sosial. 

Menawar ternyata adalah sarana sosialisasi yang baik, sebagai pintu masuk untuk mendapatkan teman pedagang, jadi menawar adalah bagian dari saluran psikis sebagai mahluk sosial, dan taukah kita, kebanyakan pedagang di sekitar setiabudi adalah ngapak united. Dipasar juga kita bisa mengasah jiwa bisnis kita sih.

Trik untuk belanja dipasar tradisional adalah, belanja malem, waktu mau tutup, ketika kita sudah kenal dengan para pedagang, mereka akan memberikan harga yang sangat special  ketika kios mereka mau tutup, pisang yang dijual pagi 10-15.000 bisa dikasih harga 5-10.000 dimalam hari,

Pisang satu sisir bisa untuk sarapan selama tiga harilah, jadi kebayang khan kita bisa sarapan buah lima ribu perhari, bahkan kita bisa membeli variasi buah untuk sarapan sehat, ada manggis, duku, lengkeng, rambulan, dll dengan harga sangat minimal, jangan  biasakan beli buah di mall hanya demi gengsi, lagian kita harus support UMKM khan bro?

Nah, tempat tinggal, makan, sekarang olah raga, langganan Gym mungkin sangat keren ya, bisa pamer, tapi mencari olahraga yang lain yang murah dan baik adalah perlu juga untuk kita ketahui, sekarang ini pedestrian Sudirman, Satrio dan Epicentrum merupakan pedestrian terbaik di Jakarta, dan tempat sangat Pas untuk olahraga, kalau tidak kuat lari ya jalan kaki aja. 

Nah gimana kita bisa dapat sepatu yang nyaman olah raga dijakarta, banyak banget lah kita bisa cari sepatu bagus dan harga murah, pergi aja di sport warehouse, di Sarinah, Plaza Festifal atau ke Kuncit. Kalau pinter bisa dapet sepatu 500.000 merek New Balance, seperti yang saya pakai tiga tahun terakhir, saya pakai hampir tiap hari dan masih bagus. Pakai Tiger baru keren sih, tapi nguras kantong dan Cuma buat gegayaan ajah.

Dan jangan lupa ya, pas olahraga di pedestrian, jaga jarak dan pakai masker, biar gak sesak nafas ngisap polusi dan ketular corona. Masker emang penting sih sekarang-sekarang ini, dan bisa dibeli di pusat batik thamrin city, motif batiknya keren-keren kok, harga lima ribu bisa ditawar, tapi jangan nawar sampai berbusa-busalah kalau buatan UMKM.

Baju bajuan, tinggal jalan kaki ke ambas atau kuncit, di situ banyak banget barang bagus dan diskon semua, semua ada, baju olahraga dan kerja lengkap disana, awet dan ekonomis pokoknya. Jangan pura-pura kaya beli baju di Lotte, Pacific place atau GI. Lagian ya beli baju disitu sama saja beli barang orang yang menggajimu, keluar kantong kiri, masuk kantong kanan namanya.

Udah nih, Tempat tinggal, makan sama pakaian, sekarang tinggal hiburan, pandemic kaya gini emang ada enaknya, biaya hiburan sangat minim, tapi ya itu jadi pada doyan olshop, mata kita dimanjakan sama diskon dan kemudahan belanja, tapi inget lah, ada orang  tua, sodara kita yang perlu dibantu khan. Jempol kita banyakin aja buat neken transfer ke orangtua atau sodara kita yang membutuhkan bre, kadang-kadang membantu sesame juga membuat hati kita tenang to, bisa membuat hidup kita penuh.

Bentar lagi selesai pandemic, harusnya sih, banyak tabungan , badan sehat dan orang yang kita sayangi terawat, kalau malah sebaliknya ya, banda gembrot, gak data tabungan dan orang disekitarnya nelangsa ya berarti kita dodol lah.

Jadi sebenernya kita bisa lah, hidup dengan empat juta sampai lima juta hidup dijakarta, nah kalau gaji kita 14 juta, kaya yang disyaratkan sama Jakarta buat dapet DP 0%, kita bisa tuh nabung 9 juta perbulan, kebayangkan, dua tahun setelah pandemik kita punya uang habis 200 juta lho ditabungan, jangan lupa sebagian dibelikan saham yang prospeknya bagus, sebagian buat beli lahan, sebagian buat bisnis sesuai dengan apa yang kita cintai.

Jangan lah hidup kita didikte sama pedagang besar, yang banyak mengiklan di media massa, meracuni kita dengan gengsi dan gaya hidup yang membebani. Kalau mau menjadi seperti mereka, mulailah memakai cara pikir seperti mereka, mereka melihat keinginan kita menjadikan kesempatan untuk membuat keinginan kita tercukupi. Walupun  kita tahu, kebanyakan keinginan yang tidak penting khan.

Itu aja sih yang mau aku bagikan selama hidup di Jakarta, sekarang saya punya toko kecil, dan moga-moga jadi besar sebelum pensiun, jadi pas pensiun bisa ngelola bisnis yang besar, punya hotel, punya caf, punya kebon pertanian.

Janganlah berhenti bermimpi walaupun kita karyawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun