Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

3 Alasan Piala Dunia 2022 akan Kehilangan Pamornya

1 November 2022   05:59 Diperbarui: 4 November 2022   04:30 2133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Piala Dunia 2022 Qatar (FIFA.com/KOMPAS.com)

Tak terasa gong pembuka Piala Dunia 2022 Qatar akan segera dibunyikan, tepatnya pada hari Minggu, 20 November 2022. Laga pembuka antara tim tuan rumah Qatar melawan Ekuador menjadi awal dimulainya pesta olahraga terbesar di dunia, yaitu Piala Dunia 2022.

Tak dapat dipungkiri bahwa event empat tahunan ini, selalu menarik perhatian pecinta sepakbola di penjuru dunia. Bahkan, efek dari daya magisnya sepakbola mampu menghipnotis banyak orang, yang awalnya tidak suka sepakbola mendadak menyukai sepakbola.

Berbagai macam cara dan persiapan khusus dilakukan oleh para suporter maupun pecinta sepakbola. Mulai dari membeli kostum negara jagoannya hingga rela begadang demi mendukung  tim favoritnya, hingga melihat langsung ke stadion.

Perasaan baru kemarin kiper sekaligus kapten Timnas Prancis, Hugo Lloris mengangkat trofi Piala Dunia 2018 di Rusia. Tim Prancis berhasil keluar sebagai juara Piala Dunia 2018, setelah di partai puncak mengalahkan tim penuh kejutan, Kroasia, dengan skor 4-2.

N'Golo Kante, Antoine Griezmann, Paul Pogba dan Kylian Mbappe menjadi bintang kemenangan tim Prancis di partai puncak. Sementara itu, determinasi dari Mario Mandzukic, Ivan Perisic, Luka Modric dan Ivan Rakitic, masih belum mampu membawa Kroasia menjadi Juara Piala Dunia untuk pertama kalinya.


19 hari jelang laga pembuka Piala Dunia 2022 Qatar, gegap gempita atau gebyar Piala Dunia 2022 belum sepenuhnya dirasakan oleh penikmat sepakbola. Sebagai pecinta sekaligus pemerhati sepakbola, Bung Arson belum merasakan euforia Piala Dunia 2022, padahal event ini sudah di depan mata.

Mungkin pandangan atau statement dari penulis, bisa menimbulkan pro dan kontra tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Sebagai penulis tentu sangat wajar merasa khawatir, bahwa Piala Dunia 2022 Qatar akan kehilangan daya magis atau pamornya.

Berikut 3 alasan dari penulis bahwa Piala Dunia 2022 Qatar akan kehilangan daya magis atau pamornya:

1. Piala Dunia 2022 digelar di tengah Kontroversi

Sejak Qatar ditunjuk sebagai pemenang tuan rumah Piala Dunia 2022, banyak memunculkan dugaan tak sedap yang mengarah ke Negara Timur Tengah tersebut. Pada bursa pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022 yang dilaksanakan pada tahun 2010, Qatar berhasil mengalahkan beberapa kandidat kuat lainnya, seperti: Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan dan Jepang.

Pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 yang memang sejak awal akan dilaksanakan pada bulan November 2022, dianggap merusak tatanan kompetisi kalender FIFA yang tengah berjalan sebelumnya. Terutama penolakan datang dari negara-negara eropa, yang mempunyai kompetisi liga yang telah terstruktur. Dengan mengadakan event Piala Dunia 2022 di tengah kompetisi yang sedang berjalan dikhawatirkan merusak atmosfer kompetisi liga top eropa yang lagi panas-panasnya dan bisa mengganggu kalender pra musim di musim berikutnya.

FIFA terpaksa mengubah tatanan gelaran Piala Dunia, yang biasanya dilaksanakan pada bulan Juni-Juli bergeser ke bulan November. Hal ini dijadikan alasan FIFA karena pada bulan Juni-Juli cuaca di Negara Qatar sedang panas-panasnya. Sehingga Piala Dunia 2022 digeser ke Bulan November, yang cuacanya lebih bersahabat bagi fisik pemain maupun penonton di Stadion.

Kontroversi lainnya, bahkan Qatar diduga melakukan suap kepada mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter dan mantan Presiden UEFA, Michael Platini. Hal ini perlu dilakukan Qatar untuk memuluskan langkahnya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Meskipun pada akhirnya tuduhan tersebut tidak benar, karena tidak terbukti dalam persidangan.

Belum lagi isu kemanuasiaan yang pernah dilaporkan oleh The Guardian, jelang Piala Dunia 2022 dimulai, isu tersebut kembali diungkit oleh pihak luar. Isu kematian sekitar 6.500 pekerja migran asal Asia Selatan, bahkan jumlah ini bisa bertambah besar jika mencakup isu kematian pekerja asal Filipina dan Kenya.

Uang ratusan juta dollar yang dikeluarkan oleh Pemerintah Qatar untuk membangun Stadion, infrastruktur jalan dan infrastuktur penunjang lainnya, serta ditambah fasilitas-fasilatas mewah harus dibayar mahal jika melihat banyaknya korban jiwa yang meninggal dari pihak pekerja.

Sorotan negatif tersebut, akan menjadi bumbu tak sedap selama gelaran Piala Dunia 2022 berlangsung. Bahkan pemerintah Qatar harus siap menghadapi gelombang protes dari pihak luar soal isu kemanuasiaan tersebut.

2. Piala Dunia 2022 digelar di tengah Padatnya Kompetisi Eropa

Jelang gelaran Piala Dunia 2022 dimulai, liga-liga top eropa sangat kompak untuk merusak euforia Piala Dunia 2022. Liga Inggris, Liga Spanyol, Liga Italia, Liga Jerman, Liga Prancis, dan Liga Belanda lagi panas-panasnya, terbukti jarak poin pemuncak klasemen dengan peringkat kedua tidak berbeda jauh.

Ditambah lagi, kompetisi Liga Champions Eropa memasuki fase krusial, yang menyisakan satu laga terakhir pada babak penyisihan. Sehingga setiap klub yang berpeluang lolos ke fase knock-out babak 16 besar akan matian-matian dilaga terakhir, ditambah lagi masih menyisakan penentuan bagi tim yang akan turun kasta ke kompetisi Liga Europa.

Disaat kita sedang asyik dan menikmati kompetisi Liga Eropa yang lagi seru dan panas, dengan sangat terpaksa penikmat sepakbola layar kaca harus mengubah remotenya, untuk berganti channel melihat tayangan pertandingan Piala Dunia 2022. Laga-laga kompetitif Kompetisi Liga Eropa untuk sementara, harus "dipencet tombol" pause terlebih dahulu.

Jeda kompetisi di tengah persaingan panas kompetisi liga Eropa di musim 2022/2023, bisa berefek buruk bagi klub. Jika pemain andalannya cedera di laga Piala Dunia 2022. Hal ini akan menjadi sebuah kerugian, dalam perlombaan perebutan gelar juara liga.

Pemain yang tampil di Piala Dunia 2022 berada pada persimpangan. Jika pemain memilih untuk tetap ngotot membela negaranya, maka resikonya bisa terkena cedera.

Pilihan lainnya, pemain akan bermain aman di Piala Dunia 2022 demi menghindari resiko cedera. Sehingga ketika kembali ke klub, pemain tersebut bisa langsung dimainkan setelah jeda kompetisi selesai, karena klub jugalah yang telah merogoh kocek untuk membayar gajinya.

Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya, karena biasanya Piala Dunia digelar setelah musim kompetisi liga berakhir. Ketika Piala Dunia digelar pada bulan Juni-Juli, para pemain akan tampil habis-habisan demi menaikkan harga pasaran pemain maupun agar dilirik oleh klub top eropa.

Namun yang terjadi sekarang malah sebaliknya, karena Piala Dunia 2022 digelar ditengah padatnya jadwal Kompetisi Eropa.

3. Faktor Italia, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo

Faktor kegagalan Italia lolos ke Piala Dunia 2022 sedikit banyak mempengaruhi daya saing dan euforia di dalam stadion. Italia tetaplah Italia, yang selalu ada dihati penggemarnya. Dimanapun Timnas Italia berlaga maka suasana atmosfer pertandingan semakin seru.

Selain itu, Italia selalu masuk dalam daftar unggulan sebagai calon juara Piala Dunia di setiap edisi yang diikutinya, meskipun hasilnya terkadang tidak sesuai dengan ekspektasi pecinta sepakbola dunia.

Sayangnya di Piala Dunia 2022 kali ini, sang juara Piala Eropa 2020 harus gigit jari dan terpaksa hanya jadi penonton. Secara mengejutkan Italia tersingkir pada babak semifinal play-off zona eropa setelah menelan kekalahan secara dramatis saat melawan Makedonia Utara.

Selain faktor absennya Italia, menurunnya performa Cristiano Ronaldo bersama Manchester United membuat daya magis Piala Dunia 2022 sedikit berkurang, karena sepi dari pemberitaan tentang persaingan antara Lionel Messi versus Cristiano Ronaldo.

Dalam beberapa edisi Piala Dunia sebelumnya, nama besar Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo sudah cukup untuk mengangkat pamor kejuaraan. Performa gemilang Lionel Messi saat berseragam Barcelona dan Cristiano Ronaldo saat membela Real Madrid, menambah sengit persaingan keduanya ketika tampil di Piala Dunia.

Ditambah lagi kedua mega bintang ini, mempunyai fans terbesar yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Sehingga selalu menyedot animo penonton baik di stadion maupun layar kaca.

Faktor usia membuat performa Cristiano Ronaldo semakin menurun, musim ini ia sering duduk dibangku cadangan di skuad Manchester United.

Sehingga di Piala Dunia 2022 Qatar kali ini, tidak ada Jargon siapakah yang akan mengangkat Piala Dunia pertama kalinya, Messi atau Ronaldo. Memudarnya pamor persaingan keduanya, membuat gengsi Piala Dunia 2022 dipertanyakan.

Semoga kekhawatiran ini segera sirna, harapan penulis mudah-mudahan Piala Dunia 2022 tetap berlangsung panas, menarik dan penuh kejutan. Sebagai penikmat sepakbola penulis berharap akan tercipta banyak gol dalam setiap pertandingan dan gol-gol tersebut sangat berkelas dan spektakuler.

Kemudian harapan lainnya, lahirnya juara baru di Piala Dunia 2022 dan tingginya antusiasme suporter dalam mendukung timnya di stadion, serta ditambah kemunculan bintang-bintang baru akan semakin menambah warna dan menjadi daya magis di Piala Dunia 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun