Timnas Indonesia akan kembali bertanding dalam lanjutan laga Piala AFF 2020 Grup B, Indonesia akan menghadapi Laos, di Stadion Bishan, Singapura, Minggu (12/12/2021).
Laga ini bisa dijadikan sebagai ajang pemanasan bagi skuad asuhan Coach Shin Tae-yong (STY), sebelum menghadapi dua laga berikutnya yang relatif lebih berat, yaitu Vietnam (15/12/2021) dan Malaysia (19/12/2021).
Laos yang saat ini menempati posisi juru kunci, setelah dalam dua laga awal meraih hasil buruk, Laos kalah dari Vietnam dengan skor 0-2 dan juga kalah dari Malaysia dengan skor 0-4, diprediksi akan kembali menelan kekalahan saat berjumpa Timnas Indonesia.
Timnas Indonesia yang di laga awal berhasil mengalahkan Kamboja dengan skor 4-2, sangat optimis dapat meraih hasil positif lagi, dengan menumbangkan Laos di laga kedua.
Bahkan dalam jumpa pers sebelum laga, Coach STY menganggap Laos sebagai tim terlemah di grup B, karena Laos merupakan tim yang paling sering kemasukan gol dan kemampuan pemainnya juga kurang baik.
Jika Timnas Indonesia berhasil mengalahkan Laos, maka di dua laga selanjutnya skuad garuda harus berjuang untuk menaklukkan Vietnam atau Malaysia demi meraih tiket ke babak semifinal. Dan selanjutnya berjuang lebih keras lagi, demi sebuah trofi gelar juara Piala AFF 2020.
Sejak Piala AFF digelar pada tahun 1996, Timnas Indonesia tidak pernah mencicipi manisnya meraih trofi Juara. Timnas Indonesia 5 kali nyaris menjadi juara, namun sayangnya Langkah skuad garuda terhenti di partai final.
Mempunyai predikat sebagai spesialis runner up tentu sangat menyakitkan bagi Timnas Indonesia. Melihat skuad saat ini yang dibawa oleh Coach STY, bolehlah kita sedikit optimis, bahwa tim ini mampu berbicara banyak di ajang Piala AFF 2020.
Berisikan banyak pemain muda, seperti Asnawi Mangkualam, Pratama Arhan, Elkan Baggot, Alfeandra Dewangga, Syahrian Abimanyu, Witan Sulaeman, dan Ramai Rumakiek. Yang dipadukan dengan pemain berpengalaman seperti, Evan Dimas, Victor Igbonefo, Fachruddin Aryanto dan Irfan Jaya. Timnas Indonesia siap memberikan kejutan kepada para pesaing calon juara seperti Vietnam, Thailand, Malaysia dan tuan rumah Singapura.
Dan poin positif sejak dilatih oleh Coach STY, para pemain siap bertarung selama 90 menit dan memiliki semangat juang tinggi ala pemain Timnas Korea Selatan.
Namun ada satu ganjalan yang bisa menjadi penghalang, bagi perjuangan Timnas Indonesia dalam misinya meraih gelar juara Piala AFF 2020. Ganjalan itu berupa karma atau kutukan sepak bola gajah di Piala Tiger 1998 (awalnya Piala AFF bernama Piala Tiger). Penulis telah menulis di artikel sebelumnya di Kompasiana, dengan judul "Timnas Indonesia Puasa Gelar Selama 30 Tahun karena Karma Sepak Bola Gajah".
Sejak tragedi sepakbola gajah di Piala Tiger 1998, Indonesia hanya "nyaris" menjadi juara, yaitu di Piala AFF 2000, 2002, 2004, 2010 dan 2016. Tidak hanya di Piala AFF, Timnas Indonesia juga "nyaris" meraih medali emas Sea Games dari cabang sepakbola di ajang Sea Games 2011, 2013 dan 2019. Semua laga final Timnas Indonesia berakhir dengan kegagalan.
Ada dua syarat yang wajib dipenuhi oleh PSSI agar karma atau kutukan itu segera berakhir. Berikut dua syarat tersebut:
1. Permintaan Maaf dan Pengakuan Dosa Sepakbola Gajah
Hingga saat ini misteri tentang sepakbola gajah yang terjadi pada 31 Agustus 1998 belum pernah terungkap. Tidak ada permintaan maaf dari federasi PSSI saat itu atau pernyataan alasan kenapa ada tragedi sepakbola gajah di Piala Tiger 1998.
Saat itu Indonesia sengaja mengalah melawan Thailand dengan skor 2-3 demi menghindari, bertemu tuan rumah Vietnam di babak semifinal. Â Dan yang lebih memalukan karena pemain Indonesia, yaitu Mursyid Effendi dengan sengaja mencetak gol ke gawang sendiri, yang dijaga Hendro Kartiko.
Mungkin sudah saatnya, Ketua Umum PSSI saat ini, yaitu Mochamad Iriawan yang biasa disapa Iwan Bule, mewakili federasi PSSI untuk meminta maaf dan mengakui kesalahan dosa di Piala Tiger 1998 kepada seluruh pecinta sepakbola tanah air. Meskipun kesalahan itu bukan dimasa kepemimpinannya.
Iwan Bule perlu bersikap berjiwa besar, agar karma atau kutukan sepakbola gajah di Piala Tiger 1998 segera berakhir. Sudah saatnya untuk saling berintrospeksi diri, tanpa melihat kesalahan Ketua Umum PSSI sebelum-sebelumnya, untuk dijadikan kambing hitam.
2. Melakukan Doa Bersama
Setelah Ketua Umum PSSI Iwan Bule meminta maaf dan mengakui kesalahan dosa sepakbola gajah di Piala Tiger 1998. Federasi PSSI harus mengadakan Doa bersama, jika memungkinkan doa bersama dilakukan secara lintas agama.
Yang pada intinya setelah terjadinya sepakbola gajah, Timnas Indonesia dan PSSI telah bertaubat dari dosa besar. Dengan bertaubat dan melakukan doa bersama, mudah-mudahan karma atau kutukan itu telah berakhir.
Dengan mengadakan doa bersama, paling tidak PSSI telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengakhiri polemik soal tragedi sepakbola gajah di Piala Tiger 1998. Karena, sampai kapan pun cerita soal sepakbola gajah tidak akan mungkin terhapus, kecuali Indonesia berhasil keluar sebagai Juara Piala AFF.
Memang terkadang sepakbola tidak hanya berkaitan dengan sisi tekhnik dan taktik di lapangan. Tetapi terkadang ada hal mistis diluar nalar, yang ikut berperan dalam menentukan hasil akhirnya.
Dengan memenuhi 2 syarat di atas, apakah lantas Indonesia bisa Juara? Kalau saya sebagai penulis sangat optimis, Indonesia akan jadi Juara Piala AFF 2020 karena kedua syarat di atas telah dilaksanakan oleh PSSI.
Tetap semangat skuad garuda, salam juara
