Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Aturan Gol Tandang Dihapus, Tragedi Gol Iniesta Jadi Mimpi Buruk Terakhir Chelsea

27 Juni 2021   05:00 Diperbarui: 27 Juni 2021   18:51 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi Iniesta setelah mencetak gol dramatis ke gawang Chelsea (Foto: JAMIE MCDONALD / GETTY IMAGES EUROPE / GETTY IMAGES VIA AFP)

Di tengah gegap gempita Euro 2020, UEFA mengesahkan penghapusan aturan gol tandang untuk semua kompetisi antarklub Eropa. Keputusan yang telah diambil oleh Presiden UEFA, Aleksander Ceferin mulai diberlakukan sejak musim 2021/2022. 

Itu artinya 3 kompetisi besar eropa: Liga Champions, Liga Europa dan Liga Conference mulai musim 2021/2022 sudah memberlakukan aturan tersebut.

Aturan ini disetujui oleh Presiden UEFA setelah mendapatkan rekomendasi dari Komite Kompetisi Klub UEFA, Komite Sepakbola Wanita UEFA, dan Komite Eksekutif UEFA. Jauh sebelum aturan ini disahkan, polemik soal aturan gol tandang selalu menimbulkan perdebatan. 

Terutama bagi klub yang merasa dirugikan akibat adanya aturan gol tandang. Mantan pelatih Arsenal, Arsene Wenger pernah mengusulkan pada tahun 2013 agar aturan soal gol tandang dihapuskan.

Ada dua hal mendasar yang disampaikan oleh Presiden UEFA dalam menyetujui aturan ini, yang pertama soal kehati-hatian tim tuan rumah pada leg pertama untuk tidak terlalu menyerang karena takut kebobolan gol oleh tim tamu. 

Kemudian alasan yang kedua, soal ketidakadilan ketika memasuki fase gugur babak perpanjangan waktu, saat ada tim lawan menciptakan satu gol maka tim tuan rumah harus mencetak dua gol untuk memenangkan pertandingan.

Aturan yang sudah disahkan oleh UEFA, tidak hanya berlaku di fase gugur. Aturan juga berlaku dalam penentuan peringkat di penyisihan grup, dalam menentukan peringkat akhir jika ada dua tim atau lebih yang memiliki poin yang sama, maka  penentuannya melalui produktifitas gol. 

Sementara untuk fase gugur, jika kedua tim setelah leg kedua memiliki agregat seimbang, akan dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu 2x15 menit, tanpa melihat banyaknya gol tandang seperti tahun-tahun sebelumnya.

Dengan dihapuskannya aturan gol tandang, sudah pasti ada yang menyambut positif terutama bagi klub peserta Liga Champions, karena aturan ini sangat menguntungkan. Namun, bagi pecinta sepakbola netral keputusan yang telah disahkan UEFA akan menghilangkan momen-momen dramatis.

Penulis mencatat ada beberapa momen dramatis, yang terjadi pada saat aturan gol tandang masih diberlakukan. Yang terbaru, pil pahit harus dirasakan oleh Cristiano Ronaldo dkk, ketika Juventus kalah Agregat gol tandang ketika berhadapan dengan FC Porto dalam babak 16 Besar Liga Champions musim 2020/2021. Kekalahan 1-2 di leg pertama menjadi awal petaka tersingkirnya Juventus di babak 16 besar.

Di lanjutan Leg kedua, ketika Juventus bermain di kandang, Juventus berhasil unggul dengan skor 2-1 di waktu normal. Kemudian pertandingan dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu, bermain dengan 10 orang sejak menit ke-54 karena Mehdi Taremi mendapatkan kartu merah, tidak membuat FC Porto patah arang.

FC Porto terus memaksa Juventus untuk membuat kesalahan. Gol Sergio Oliveira di menit ke-114, memudahkan langkah kaki para pemain FC Porto untuk berjuang di sisa 6 menit terakhir, gol Adrien Rabiot menit ke-117 tidak menolong Juventus. 

Walaupun Juventus unggul 3-2 di pertandingan ini, namun agregat 4-4 dengan keunggulan gol tandang sudah cukup bagi FC Porto untuk melaju ke babak perempatfinal.

Kemudian salah satu hal mendasar, yang membuat Arsene Wenger mengusulkan penghapusan soal aturan gol tandang, karena di Liga Champions musim 2012/2013 Arsenal kalah dari Bayern Muenchen dengan agregat 3-3. Pada Leg pertama ketika bermain di Emirates Stadium, Arsenal harus mengakui keunggulan Bayern Muenchen dengan skor 1-3.

Asa Arsenal, untuk lolos dari lubang jarum sebenarnya terbuka, saat bertanding di Allianz Arena, Arsenal sempat memimpin dengan skor 2-0, lewat gol Olivier Giroud menit ke-4 dan Laurent Koscielny menit ke-84, namun sayang di 4 menit tersisa Arsenal gagal menambah pundi-pundi golnya. Sehingga Arsenal harus tersingkir secara dramatis. Kekecewaan terlihat dari raut muka Arsene Wenger, sehingga wajar apabila saat itu, Wenger meminta soal penghapusan aturan gol tandang.

Drama soal aturan agregat gol tandang, yang paling dramatis saat momen Leg kedua semifinal Liga Champions musim 2008/2009. Dimana saat itu Chelsea melakoni laga panas menghadapi Barcelona di Stadion Stamford Bridge, London. Hasil leg pertama, saat Barcelona berhadapan dengan Chelsea di Stadion Camp Nou. Chelsea berhasil menahan laju Barcelona dengan skor 0-0.

Keuntungan besar yang diraih Chelsea di leg pertama, membuat pemain Chelsea optimis bisa menyingkirkan Barcelona di leg kedua. Hal itu, ditunjukkan langsung oleh pemain Chelsea, saat mantan pemain Persib Bandung yaitu Michael Essien, mencetak gol spektakuler di menit ke-9 ke gawang Victor Valdes. Sejak gol Essien, tensi panas tersaji dalam laga ini.

Sejak menit ke-66 Barcelona hanya bermain dengan 10 pemain, setelah Eric Abidal mendapatkan kartu merah akibat pelanggaran terhadap Nicolas Anelka. Keunggulan jumlah pemain coba dimanfaatlkan oleh Chelsea, namun tim asuhan Guus Hiddink gagal menambah gol.

Momen dimana Handball Gerard Pique di menit ke-82 yang bukan dianggap penalti oleh wasit menyelamatkan Barcelona. Dewi Fortuna berpihak ke Barcelona, saat Andres Iniesta menciptakan gol di menit ke-93 masa Injury time. Umpan cantik Lionel Messi dimanfaatkan dengan baik oleh Iniesta untuk menciptakan gol dengan tendangan melengkungnya, yang gagal dijangkau oleh Petr Cech.

Saat asa pemain Chelsea sudah habis, ada satu momen tendangan penjuru di menit-menit akhir yang dapat dimanfaatkan oleh Chelsea dan saat terjadi kemelut di depan gawang Victor Valdes, tendangan keras Michael Ballack mengenai lengan Samuel Eto'o, namun bukan dianggap penalti oleh wasit Tom Henning Ovrebo. Kejadian kontroversial di akhir laga, membuat para pemain Chelsea melancarkan protes keras ke arah wasit, asal Norwegia itu.

Namun Wasit tidak bergeming, hasil akhir Barcelona lolos ke babak Final, setelah unggul secara agregat 1-1. Agregat soal gol tandang, sangat menyakitkan bagi Chelsea. Akhirnya Barcelona menjadi Juara setelah mengalahkan Manchester United dengan skor 2-0.

Sebenarnya sangat disayangkan penghapusan soal aturan gol tandang, karena akan banyak momen dramatis yang hilang. Momen gol dramatis, Iniesta ke gawang Chelsea menjadi yang paling dramatis dan tidak akan mungkin terulang lagi. Namun, UEFA sudah memutuskan agar semuanya menjadi adil bagi kedua klub ketika bermain kandang dan tandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun