Mohon tunggu...
Sonofmountmalang Sebuah Novel
Sonofmountmalang Sebuah Novel Mohon Tunggu... karyawan swasta -

coffeine is my shepherd!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jalan-Jalan ke Perpustakaan Matari

11 Mei 2012   07:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:27 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah pertanyaan sederhana. Kapan terakhir kalian ke perpustakaan? Buku apa yang tidak pernah kalian kembalikan. Boleh berbagi di ujung tulisan ini yah. Sebelum menuliskannya, boleh saya memberikan intro sedikit tentang pengalaman di perpustakaan dan buku apa yang pernah saya embat.

Sewaktu kuliah di UI, saya termasuk yang rajin meminjam buku di perpus. Nyaris setiap minggu meminjam buku. Bukan di perpus FISIP, melainkan di perpus SASTRA dan perpus pusat. Malas kalau pinjam buku di perpus FISIP. Kejudesan bikin mata berasa dicolok-colok bara. Sementara petugas perpus SASTRA itu ramah dan gampangan sepertinya. Plus, waktu itu, karena saya gagal jadi anak SASTRA, saya masih tergila-gila dengan sastra dan mencoba merasakan aura sastra UI. Itu sudah cukup membuat luka di batin sebesar lubang buaya karena gagal masuk sastra sedikit terobati. #segitunya yah!

Di perpus SASTRA UI ini, banyak sekali buku-buku sastra bagus dari penjuru dunia. Dan dari situ jugalah saya belajar dan mengenal HAIKU. Suwenya, saya tidak pernah sukses menulis HAIKU. Tidak berbakat!

Selain belajar HAIKU, saya bisa membaca sastra Korea Selatan, Jepang, Rusia, Melayu dan sastra dunia lainnya. Bisa dibilang perpus sastra UI surganya buku-buku sastra. Ya iyalah! Dari sastra jadul sampai modern. Cukup komplit! Ngiler pengen ngembat!

Dan lugunya, saya tidak berani mengembat satu pun buku sastra di perpus UI. Keluguan yah. Padahal, teman saya, anak SASTRA RUSIA, sudah mengincar banyak buku yang bakalan diembat pas mau lulus nanti. Wah, tahu gitu saya ngembat sebanyak-banyaknya. Penyesalan datang tidak pernah di depan yah. Hihihihi!

Perpus SASTRA UI pun selamat dari embatan saya, begitu juga dengan perpus pusat. Di sana saya lebih tidak berani macam-macam. Jadi, lebih baik dikembalikan tepat waktu.

Saya punya pengalaman buruk dengan pengembalian buku telat waktunya. Satu sekolahan heboh, poster wajah saya ada di depan pintu perpustakaan sekolah, di kantin dan di mading. Tulisannya,”DICARI! MURID INI HARAP SEGERA MENGEMBALIKAN BUKU KE PERPUS. SUDAH TIGA BULAN TIDAK DIKEMBALIKAN. KALAU BESOK TIDAK DIKEMBALIKAN, DENDA DUA KALI LIPAT SETIAP HARINYA!”

Sejak itu, saya selalu tepat waktu mengembalikan buku di perpus mana pun. Dan hanya satu perpus yang kena korban. Dialah perpus Universitas Indonesia Esa Unggul. Saya masuk ke perpus itu bersama teman yang kuliah di sana. Buku yang saya tidak kembalikan itu tentang filsafat ekonomi. Satu-satunya buku perpus yang saya embat sampai detik ini.

Itu terjadi semasa saya masih kuliah. Keluar masuk perpus karena tidak mampu membeli buku. Miskin banget yah!

Bagaimana setelah kerja? Masihkah menikmati momen senderan di samping rak buku, duduk di lantai perpus atau serius membaca di meja, atau pura-pura mencari buku di setiap rak dengan mata tetap waspada melihat kali-kali ada gadis lugu super cantik minta bantuan dicariin buku. Kali lho ya.

Jujur saja, saya sudah bisa dibilang tidak pernah ke perpustakaan. Eh, kecuali perpustkaan satu ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun