Kenapa sih sekarang banyak perusahaan yang mencoba peruntungan dengan mengadaptasi strategi bisnis startup populer? Semenarik itu kah? Yap. Memang perusahaan startup lagi naik daun. Apalagi, setelah Gojek, Tokopedia dan Bukalapak berhasil mendapatkan gelar unicorn. Rasanya, perusahaan sebesar mereka sudah tidak bisa dikatakan sebagai perusahaan startup lagi, ya? Ehehehe. Sebenarnya, apa sih yang membuat 90% perusahaan startup gagal? Padahal, kebanyakan produk yang mereka miliki itu menarik. Bahkan bisa mengobrak-abrik pasar.Â
Nah, sebelumnya SoftwareSeni sudah pernah membuat artikel tentang bagaimana cara membuat perusahaan startup. Sekarang, ayo masuk lebih dalam lagi. Strategi bisnis startup populer. Tentu bukan cuma perusahaan startup yang berhasil ya! Tetapi, kamu juga bakal belajar melihat seperti apa strategi perusahaan startup yang gagal.Â
Kalau boleh tahu, sebenarnya apa sih yang terlintas dipikiranmu ketika pertama kali dengan kata strategi bisnis startup? Jangan bilang, promo, promo, bakar-bakar duit. Hahahaha. Serius, jangan ehe. Kenapa? Iya, karena strategi bisnis startup tidak sesempit itu.Â
Strategi Bisnis Startup
Tentu sebelum memasuki pembahasan yang sangat spesifik, kamu perlu tahu dasar dari strategi bisnis.Â
Functional level
Business level
Corporate level
Loh, memangnya perusahaan startup itu pakai model begituan? Jawabannya adalah ya. Yang membedakan hanyalah tentang bagaimana perusahaan startup tersebut membuat formulasi strategi bisnis.Â
Yuk bahas satu per satu!
1. Functional level
Pada level ini, perusahaaan startup harus benar-benar memastikan human capital yang tersedia dapat tepat guna. Artinya adalah produktif. Job desc pada perusahaan startup biasanya masih belum jelas. Masih multi guna. Hahahaha. Nah, jika produk perusahaan startup adalah produk digital berupa aplikasi software, atau mobile apps, strategi bisnis akan lebih tricky. Kenapa? Itu karena ada dua metode dalam proses software development. Inhousing atau Outsourcing. Yap.