Mohon tunggu...
Solihin Rusydi
Solihin Rusydi Mohon Tunggu... Petani - Terus mengalir

Mendengar, Melihat, Memperhatikan, Mentadabburi,

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Urban Farming, Alternatif Ketahanan Pangan Masa Depan

27 Oktober 2020   20:25 Diperbarui: 27 Oktober 2020   20:28 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Namun uniknya, kini semakin hari semakin banyak kelompok masyarakat yang menggelutinya. Bahkan di Jakarta berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (DKPKP), semenjak adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) muncul 600 ratusangang hijau, 300 kelompok Karang taruna, dan 500 an kelompok PKK. Terjadi lonjakan yang cukup signifikan jika dibanding sebelum PSBB.

Wali Kota Surabaya menjadikan urban farming sebagai bagian dari strategi pengetasan kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan warganya. Kini muncul ratusan kelompok yang menanam berbagai jenis varietas tanaman. Bahkan dimasa pandemi ini semakin digiatkan, sehingga tidak hanya komoditas hortikultura yang ditanam tapi juga tanaman pangan.

Peningkatan urban farming di Kota Surabaya juga dapat dilihat berdasarkan permintaan bibit. Tahun 2017 jumlah permintaan mencapai 5 ribu, kemudian tahun 2018 meningkat menjadi 10 ribu, dan pada tahun 2019 meningkat menjadi 100 ribu. Sampai medio 2020 permintaan bibit tanaman sudah mencapai 80 ribu.

Beda lagi dengan Kota Bandung, di kota ini malah sudah terbangun komunitas "Bandung Berkebun". Gerakan ini dimulai semenjak tahun 2012 dengan program unggulanya adalah Community Garden. Komunitas ini tidak terbatas pada edukasi budidaya, bahkan sudah pada tahap pemasaran hasil produksi komunitas. Berdasarkan data Indonesia Berkebun tahun 2013, konsep yang dipakai terlihat lebih tertata. Secara hirarkis, dalam satu komunitas, akan ada wali kebun perawat kebun, dan sponsor yang berupa tanah atau dana.

Jika dilihat dari sisi pelakunya, memang bisa jadi ini hanya lampiasan sesaat orang kota untuk mengisi kejenuhan. Namun jika melihat pada komunitas Indinesia Berkebun, jaringanya sudah ada hampir disemua kota dan kampus besar. Tenti gerakan ini tidak hanya sekedar hobi.

Urban Farming Sebagai Penopang Ketahanan Pangan

Menjadikan urban farming yang berdampak ekonomis, tidak sekedar sebagai tren dan hobi semata memang tidak mudah. Selayaknya kegiatan ini dikonsep lebih utuh dan masif. Urban farming akan menjadi kegiatan yang lebih produktif dan berdampak ekonomis ketika dilakukan secara bersama, terpadu dan melibatkan masyarakat banyak. Kegiatan pemberdayaan komunitas dalam konteks ini lebih tepat. Pembedayaan utuh mulai dari budidaya, hilirisasi dan bahkan sampai pada tahap pemasaran hasil, sehingga kegiatan ini dapat dirasakan oleh masyarakat, yaitu adanya perbaikan ekonomi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh profesor Matei Georgescu dari Arizona State University, Matei Georgescu, terungkap bahwa jika urban farming dapat di implementasikan secara penuh di setiap kota besar dunia, produksinya bisa mencapai 180 juta ton bahan makanan selama setahun. Angka tersebut merupakan 10 persen dari total hasil produksi makanan secara global.

Tidak cukup sampai disitu, bahkan urban farming juga berpotensi menghemat 15 miliar kilowatt per jam untuk pemakaian energi dunia selama setahun dan menghasilkan 170.000 ton nitrogen ke udara. Kondisi ini berarti akan terjadi pencegahan turunnya 57 juta meter kubik limpasan badai yang kerap mencemari sungai dan saluran air bersih. Wajar jika kemudian Robert Costanta, seorang pakar kebijakan publik dari Australian National University menjadikan urban farming sebagai bagain dari urban planning. Dalam istilah lain disebut juga perencanaan tata kota masa depan.

Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan. Urban farming sangat cocok dilakukan oleh warga kota. Supaya tidak hanya sekedar menjadi gaya hidup, namun juga berdampak ekonomis dan mampu melahirkan kemandirian pangan, yang perlu dilakukan adalah: Pertama. Kegitan ini harus dilakukan secara bersama atau berkelompok dan terpadu, memang kini adalah eranya berbagi. Kedua. Harus ada sokongan dari pemerintah, sehingga keberpihakan pemegang otoritas menjadi sangat penting. Tanpa itu, maka urban farming hanya akan menjadi penyaluran hobi sesaat dan tidak berdampak besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun