Mohon tunggu...
Solihin Rusydi
Solihin Rusydi Mohon Tunggu... Petani - Terus mengalir

Mendengar, Melihat, Memperhatikan, Mentadabburi,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Strength Against Weakness

27 Mei 2020   19:08 Diperbarui: 27 Mei 2020   19:01 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat gambaran kekuatan gajah dengan segala kelebihan dan kekuranganya, sungguh, hewan manapun pasti takut untuk berhadapan denganya. Termasuk juga manusia, bahkan banyak manusia meninggal akibat keganasan gajah. 

Namun, ternyata ujung dari perjalanan gajah yang perkasa itu adalah "tempat penjinakan", yang pada akhirnya ada yang menjadi tukang angkut barang, hewan tontonan, dan yang lebih terhormat sedikit adalah menjadi pasukan perang sebagaimana 300 pasukan gajahnya Sultan Iskandar Muda. Potensi besar gajah itu ternyata mampu dijinakkan manusia hanya dengan sedikit usaha.

Lalu, bagaimana dengan manusia yang memiliki kekuatan besar? Ceritanya hampir sama, siapapun akan takut berhadapan dengan manusia yang memiliki kekuatan besar. Kekuatan itu bisa berupa kekutan fisik, kekuasaan, dan kekuatan fikir.

 Tapi kaidah kehidupan ini sangat sederhana, "tidak ada yang abadi dalam hidup ini". Sebagaimana Namrud yang kalah dari Ibrhim AS hanya dengan sedikit argumentasi; "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat". Atau juga Fir'aun yang binasa oleh Musa AS hanya dengan tongkatnya.

Di dunia olahraga tinju, siapa yang tidak kenal Mike Tyson, orang-orang menyebutnya si "leher beton". Sosok Tyson yang dibentuk oleh citra sebagai petinju tanpa tanding, seakan-akan ia adalah makhluk "pengecualian", hingga kemudian Hollyfield datang mengalahkanya. 

Bagimana Hollyfield mengalahkannya? Dari ungkapanya saat perang mental berlangsung yang dilansir oleh sebagian besar media massa dunia waktu itu, ada ungkapan Hollyfield yang pantas dijadikan pelajaran: "Saya akan menggunakan rasa takut untuk melawan". Akhirnya, Hollyfield menang dengan bermodalkan "rasa takut" tersebut.


Hidup mesti seimbang, kadang berani, kadang juga takut. Takut dan berani itu seni kehidupan, itulah indahnya jadi manusia. Oleh para ahli sufi, kondisi ini akan melahirkan khauf (rasa takut) dan raja' (harapan). Karenya, Buya Hamka pernah mengingatkan, "jika anda sedang benar jangan terlalu berani, dan bila anda sedang takut jangan terlalu takut, karena keseimbangan sikap adalah penentu ketepatan perjalanan kesuksesan anda".

Demikianlah gambaran menang dan kalah, yang secara filosofi dapat dijabarkan, bahwa menang dan kalah tidak ditentukan semata-mata oleh ukuran besar-kecil sosok lawan, tetapi oleh strategi mempertemukan keunggulan melawan kelemahan; strength against weakness, dalam ilmu psikologi, istilah ini kemudian dikenal dengan sebutan "Postur Mental". Wallahu 'Alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun