Mohon tunggu...
Sofi Mahfudz
Sofi Mahfudz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Amatir

Suka Bisnis dan Nulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sampah Makanan Meningkat Saat Ramadan, Kalap Belanja Jadi Penyebabnya

2 Mei 2020   23:25 Diperbarui: 3 Mei 2020   00:16 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat awal corona mewabah, di beberapa negara terjadi kalap belanja secara besar-besaran alias panic buying. Sampai terjadi penjarahan toko dan berakhir chaos. 

Di Indonesia, situasinya lebih adem. Karena begitu negara ditetapkan waspada corona, ada himbauan jangan melakukan panic buying. 

Aksi kalap belanja bahan makanan memang nggak perlu. Karena pemerintah sendiri menjamin stok bahan makanan aman. 

Bahkan, buktinya, beberapa hari berikutnya, harga beberapa komoditi di beberapa daerah trennya menurun. 

Jika saat ini ada yang terlanjur menimbun bahan makanan dalam jumlah besar, percayalah, sesungguhnya dia adalah orang yang merugi, hehe. 

Dampak Buruk Kalap Belanja

Lantas, mengapa aksi kalap belanja harus dihindari?  Setidaknya ada 2 alasan: 

1. Tindakan kalap belanja makanan bisa membahayakan kondisi keuangan. Apalagi jika sampai dari banyaknya makanan yang dibeli, banyak juga yang membusuk atau basi. Karena bahan makanan pasti ada batas kadaluarsanya. 

Selain mengancam eksistensi dompet, aksi kalap belanja juga bisa menimbulkan tindakan mubadzir. Padahal, tindakan mubadzir itu favoritnya setan. (Al-Isra': 26-27). 

Makanya, jika saat makan di warung, cafe, atau restoran, kita harus bisa mengendalikan diri. Pesan menu semampu perut menampung. Jangan pesan menu hanya karena mata tergoda. Karena jika pesan makanan berdasarkan penilaian mata "Ini enak, itu enak", kemungkinan besar makanan itu berakhir di tong sampah. 

2.  Setelah makanan berakhir di tempat sampah, dan bermuara di TPA, dampak buruk selanjutnya menanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun