Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membandingkan Partisan Partai Politik vs Pendukung Kesebelasan Sepak Bola di Indonesia

31 Maret 2023   03:41 Diperbarui: 31 Maret 2023   06:22 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sikap seperti ini mudah ditularkan bahkan diturunkan antar generasi diberbagai lingkup sosial atau komunitas yang terkait.

Termasuk segala "pokok-nya" yang lain. Jelas amat emosional dan sama sekali tidak logis".

Selain kualitas-kualitas keterhubungan antara kesebelasan dengan penonton  atau pun partai politik/politisi dengan pemilihnya ; bisa digambarkan dengan diagram sumbu x & y.

Sumbu x adalah nilai logika, sumbu y emosional. Semakin tinggi nilai emosional, semakin besar potensi kerusuhannya dan sebaliknya, jika nilai logikanya tinggi.

Itu analisa di luar stadion, di luar masa kampanye/pemilu.

Menjadi berbeda di saat hari H di lokasi. Ada faktor psikologi masa dan sosial. Termasuk ekses dari interaksi antar pendukung yang berbeda.


Tingkat kearifan dan kesabaran banyak pihak, berkontribusi pada jalannya kontestasi tontonan-permainan olahraga & pemilu dan partai/politisi.

Tidak mudah mengendalikan kontestasi dengan polarisasi masa.

Ini termasuk wilayah sosial psikologis dan keberagamaan  (kepatutan, etika, moral) dan pendidikan.

Polarisasi politik pada pemilihan Presiden RI 2014  & pemilihan Gubernur Jakarta  2017. Tragedi Stadion sepakbola Kanjuruhan. Rivalitas pendukung Persija vs Persib, Persebaya vs Arema. Sudah kita baca dampaknya.

Situasi atau kondisi emosional dan minim logika, adalah salah satu indikator kualitas mentalitas bangsa. Rawan terprovokasi, menyulut kerusuhan masal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun