Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Widya, Polwan Single Parent: Antara Peran sebagai Ibu dan Abdi Negara

11 Maret 2017   00:10 Diperbarui: 11 Maret 2017   20:00 2661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Widya, Polwan single parent saat sedang menjalankan tugas sebagai abdi negara - Gbr: Widie

Saat hamil, ia menjadi korban kekerasan suaminya sendiri. Setelah bercerai, ia mampu menjalani perannya sebagai anggota Polri dan sebagai seorang ibu dengan penuh cinta. Widya namanya. 

Menjadi Polisi Wanita (Polwan) tak hanya harus menghadapi latihan berat dan sangat menguras tenaga, tapi mereka juga kerap kali harus menghadapi realita hidup yang juga membutuhkan tenaga dan mental kuat. Jika di televisi acap dimunculkan Polwan yang menghadapi kehidupan yang terlihat terlalu ideal bagi sebagian orang, tak sedikit yang harus mengemban tugas negara sembari merangkap sebagai single parent. 

Widya Astuti Arsyad (27 tahun) adalah salah satu di antaranya. Berpangkat Briptu, ia sudah menghadapi berbagai tantangan berat yang hanya mampu dihadapi dengan kekuatan mental yang luar biasa. Menikah di usia 24 tahun, namun hanya dalam dua tahun terpaksa harus berpisah. Kini, ia juga menghidupi satu anak yang baru berusia 1,8 tahun. Kewajiban sebagai seorang ibu dan kewajiban sebagai abdi negara mengharuskannya untuk membagi waktu dengan adil. Namun dia memastikan jika kedua hal itu tak terasakan sebagai beban, karena dia menjalani semuanya dengan kecintaan penuh.

"Apalagi, sudah cita-cita saya sejak kecil--ingin menjadi polisi," kata Widya, saat menjelaskan bagaimana ia bisa memilah waktu untuk profesi dan waktu untuk peranannya sebagai ibu.

Dia juga berterus terang jika selama ini keluarganya pun turut membantunya sehingga ia tak merasa terbeban dengan peran ganda yang harus dijalaninya.

"Ibu dan adik-adik saya selama ini sangat membantu, termasuk menemani anak saya," kata Polwan kelahiran 8 September 1990 tersebut.

Mungkin tak banyak yang tahu, meski berlatar belakang pendidikan terbilang keras sebagai seorang anggota Polri, namun tak jarang mereka pun tetap harus menghadapi berbagai hal yang membuat mereka takluk pada naluri sebagai seorang ibu; mengandalkan kasih sayang daripada sisi keras.

Widya, kedua dari kiri saat tampil di salah satu acara televisi - Gbr: Widie
Widya, kedua dari kiri saat tampil di salah satu acara televisi - Gbr: Widie
Pernikahannya sendiri menjadi salah satu buktinya. Widya yang berprofesi sebagai anggota Polri pun menjadi sasaran kekerasan oleh pria yang  menjadi pilihannya sebagai pasangan hidup.

"Bahkan hingga saya hamil tujuh bulan pun, saya masih menjadi sasaran KDRT," Widya menuturkan kisahnya.

Namun sebagai abdi negara ia memilih jalur hukum alih-alih membalas kekerasan dengan kekerasan. Baginya, tak ada alasan untuk membalas kekerasan  dengan kekerasan. Nuraninya jauh lebih kuat bekerja sehingga tak merasa tergerak memanfaatkan kelebihannya sebagai anggota Polri untuk membalas kecuali lagi-lagi lewat hukum.

Maka itu, akhirnya ia dan pasangannya tersebut memutuskan untuk bercerai. Sementara anak hasil pernikahan mereka menjadi tanggung jawab Widya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun