Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Pengangguran Tertawa

9 November 2010   07:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:45 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi sebagian Anda yang bermasalah dengan berat badan yang mungkin terasa lebih dari rata-rata. Sebaiknya memang Anda bisa lebih bersyukur. Sebab, jika badan memiliki kemampuan untuk naik beratnya dalam waktu yang lama, berat kepala bisa terasa jauh di atas itu bahkan dalam hitungan detik. Alasannya?

Sebelumnya saya terangkan bahwa ini sama sekali bukan sebuah tulisan serius apalagi diikuti dengan embel-embel riset dan sejenisnya itu. Selain karena saya bukan orang yang terlalu berkompeten di dunia riset-risetan, juga karena memang ingin menujukan tulisan ini bukan untuk membuat kening banyak orang berkerut (kecuali karena faktor usia).

Bicara kepala dengan berat 50 ton, mungkin sepintas memang terlihat lebih sebagai bentuk guyon karena memang tulisan ini lebih ditujukan untuk guyon. Guyon dengan cara dituliskan saya perhatikan jauh lebih hemat energi, hemat biaya seperti iklan TVRI jaman tahun 80an akhir dulu. Dalam arti, saya menulis ini dengan cara meminjam fasilitas internet kantor teman secara gratis, walaupun ia harus membayarnya juga. Jadi, benar-benar hemat bukan? Nah, seperti itulah cara pikir seorang freelancer (bahasa halus untuk pengangguran). Sampai untuk menyalurkan libido menulis saja musti mencari yang gratis. Terkadang untuk makan sekali sehari saja harus yang gratis, meski itu tidak mudah.

Memang saya mendapatkannya, namun hal itu bukan sebuah pilihan yang enak lho. Sama sekali kalah enak dengan lauk yang juga diberikan gratis. Biasanya orang-orang seperti ini layak didiskualifikasi dari hidup. Lha iya, lebih banyak memberi rugi daripada untung. Makanya, setiap saya mengalami kondisi seperti ini, bukannya saya mencari teman, namun saya memilih untuk menjauh dari teman. Diam-diam membisikkan pada diri sendiri: " Jangan cari teman ketika kantong sedang kosong!" Ya pertimbangannya agar tidak membuat siapapun terbeban dengan kekerean saya (bahasa keren untuk miskin).

Bagi sebagian orang memang, menjadi orang yang bisa mendapatkan banyak hal secara gratis menjadi sebuah hal yang sangat enak. Bahkan itu menjadi lamunan. Bayangkan tanpa harus kerja keras namun bisa memiliki tempat tinggal. Memiliki kesempatan untuk lebih banyak santai sampai menulis hal-hal yang juga santai. Tetapi, itu sebenarnya sama sekali bukan suatu hal yang mengenakkan bagi yang menjalani sendiri. Buktinya yang saya sendiri acap jalani.

Terkadang memilih keluar dari satu pekerjaan karena merasa gaji yang diberikan pada saya jauh lebih besar dari apa yang saya kerjakan di sana. Juga sebaliknya juga saya memilih keluar dari satu pekerjaan ketika gaji yang ada di pekerjaan tersebut terasa terlalu kecil. Terlihat seperti orang gamang dan sedikit bloon ya? Tetapi seperti itulah. Terkadang prinsip memang aneh dan memberi efek aneh. Selain bisa bikin orang yang berprinsip disegani, juga tidak tertutup kemungkinan disebut sebagai orang tolol.

Jakarta, 9 Nov 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun