How: Penerapan Pendekatan Hermeneutik dalam Akuntansi
Pendekatan hermeneutik dalam akuntansi dapat diterapkan melalui tiga dimensi utama: epistemologis, ontologis, dan aksiologis. Ketiganya saling berkaitan dan membentuk kerangka pemikiran yang menyeluruh.
1. Dimensi Epistemologis
Dalam dimensi epistemologis, hermeneutik menegaskan bahwa pengetahuan tentang akuntansi tidak hanya bersumber dari pengukuran eksternal, tetapi juga dari pemahaman internal terhadap makna yang dihayati oleh pelaku ekonomi. Dilthey mengemukakan adanya dua cara mengetahui, yaitu “dari luar” dan “dari dalam”. Cara pertama mirip dengan pendekatan ilmu alam yang berusaha menjelaskan fenomena secara objektif dan kausal, sedangkan cara kedua berusaha memahami fenomena melalui pengalaman subjektif manusia.
Dalam konteks akuntansi, pendekatan dari luar dapat ditemukan dalam penelitian empiris yang mengukur hubungan antarvariabel, seperti pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas. Sementara itu, pendekatan dari dalam berfokus pada bagaimana pelaku ekonomi memaknai angka dan keputusan keuangan yang mereka buat. Seorang peneliti hermeneutik tidak hanya bertanya “berapa besar laba perusahaan?”, tetapi juga “apa arti laba bagi mereka yang menjalankannya?”.
Epistemologi ganda ini membuka ruang bagi integrasi antara kuantitatif dan kualitatif. Akuntansi tidak harus memilih antara objektivitas angka dan subjektivitas makna, tetapi bisa memadukan keduanya. Pengukuran eksternal hanya bermakna jika disertai dengan pemahaman terhadap nilai dan pengalaman internal pelaku ekonomi. Dengan demikian, kebenaran akuntansi tidak hanya terletak pada angka, tetapi juga pada makna yang dikandung di baliknya.