Pendekatan ini juga penting untuk membangun kepekaan etis dalam profesi akuntansi. Dalam situasi modern yang kompleks, akuntan sering dihadapkan pada dilema moral antara kepentingan bisnis dan tanggung jawab sosial. Hermeneutika membantu menumbuhkan kesadaran bahwa setiap keputusan akuntansi adalah bentuk tindakan moral yang memiliki konsekuensi terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, pengetahuan akuntansi harus disertai dengan empati, kejujuran, dan pemahaman terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan menempatkan makna dan nilai sebagai inti dari akuntansi, pendekatan hermeneutik memberikan arah baru bagi pengembangan teori dan praktik akuntansi. Ia membantu mengembalikan akuntansi kepada hakikat aslinya: bukan hanya sebagai alat kontrol ekonomi, tetapi sebagai sarana manusia untuk memahami, mengkomunikasikan, dan mengekspresikan kehidupan ekonominya.
Why: Pentingnya Pendekatan Hermeneutik dan Hubungannya dengan Teori Akuntansi Global
1. Menjawab Kekakuan Positivisme dalam Akuntansi
Sejak tahun 1970-an, teori akuntansi di Amerika Serikat sangat dipengaruhi oleh Positive Accounting Theory (PAT). Teori ini menekankan bahwa penelitian akuntansi harus bersifat ilmiah, empiris, dan dapat diuji. PAT menjelaskan dan memprediksi perilaku ekonomi dengan menggunakan model matematis dan data kuantitatif.
Namun pendekatan ini menimbulkan masalah: ia cenderung mengabaikan makna sosial dan moral di balik angka. Hermeneutika hadir sebagai alternatif yang mengingatkan bahwa manusia bukan sekadar objek statistik, tetapi makhluk yang penuh nilai dan makna.
Dalam konteks modern, akuntansi yang terlalu positivistik dapat menciptakan “keterasingan moral”—di mana laporan keuangan terlihat sempurna di atas kertas, tetapi tidak mencerminkan kenyataan sosial. Misalnya, perusahaan yang melaporkan laba tinggi namun ternyata merusak lingkungan atau mengeksploitasi pekerja. Pendekatan hermeneutik mendorong pembacaan yang lebih dalam dan kritis terhadap fenomena semacam ini.
2. Keterhubungan dengan Teori Kritis di Eropa
Di Eropa, terutama Jerman dan Prancis, muncul Critical Accounting Theory yang dipengaruhi oleh pemikiran Marx dan Habermas. Pendekatan ini menilai bahwa akuntansi bukan sistem netral, melainkan alat kekuasaan yang bisa memperkuat dominasi ekonomi.