Mohon tunggu...
SNF FEBUI
SNF FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Badan Semi Otonom di FEB UI

Founded in 1979, Sekolah Non Formal FEB UI (SNF FEB UI) is a non-profit organization contributing towards children's education, based in Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia. One of our main activities is giving additional lessons for 5th-grade students, from various elementary schools located near Universitas Indonesia. _________________________________________________________ LINE: @snf.febui _________________________________________________________ Instagram: @snf.febui ____________________________________________________ Twitter: @snf_febui _______________________________________________________ Facebook: SNF FEB UI ____________________________________________________ Youtube: Sekolah Non Formal FEB UI ______________________________________________________ Website: snf-febui.com ______________________________________________________ SNF FEB UI 2020-2021 | Learning, Humanism, Family, Enthusiasm | #SNFWeCare

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Helicopter Parenting: Is It Good or Not?

19 Maret 2020   12:37 Diperbarui: 19 Maret 2020   12:38 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Elsy Diandra Sari

Selain itu, anak akan memiliki pengalaman untuk melakukan lebih banyak kegiatan. Misalnya adalah orang tua yang mengatur jadwal anaknya dan memutuskan anaknya untuk ikut berbagai ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang membantu anak untuk menambah keterampilan mereka. Akan tetapi, semua hal tersebut akan berdampak baik apabila diterapkan dalam proporsi yang tepat. [5]

Disisi lain, helicopter parenting juga dapat memberikan dampak negatif bagi anak. Pertama, anak memiliki kemampuan yang kurang dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, apabila anak sudah tumbuh dewasa mereka akan cenderung tidak memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah dan hal tersebut akan berdampak buruk bagi kehidupan anak.

Selanjutnya, anak akan merasa kurang bebas. Mungkin dari sisi orang tua, apabila selalu bersama anaknya akan merasa hal tersebut merupakan hal yang baik untuk dilakukan, akan tetapi ada kalanya anak ingin melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan orang tua mereka. Anak-anak perlu belajar mandiri untuk memutuskan sesuatu dalam kehidupannya.

Selain itu, anak tidak menyadari bahwa setiap keputusan yang mereka lakukan memiliki konsekuensi. Sehingga dalam melakukan sesuatu mereka tidak memiliki ketakutan akan suatu hukuman ataupun konsekuensi lain yang akan merekaa dapatkan nantinya. Hal ini membuat anak cenderung bersikap seenaknya tanpa berpikir konsekuensi apa yang akan mereka dapatkan. Selanjutnya, anak yang terlalu diawasi dan dilindungi merasa tidak nyaman akan hal tersebut dan akhirnya ketika mereka dewasa akan menjauh dari orang tua mereka dan memberikan jarak karena rasa tidak nyaman karena terlalu diatur, dilindungi, maupun diawasi. 

Berdasarkan jurnal Terri Lemoyne, yang berjudul DOES "HOVERING" MATTER? HELICOPTER PARENTING AND ITS EFFECT ON WELL-BEING. Sociological Spectrum, membahas tentang helicopter parenting dan korelasinya dengan kehidupan dan kesehatan fisik dan mental para siswa di perguruan tinggi. Hasil dari jurnal ini menganalisis bahwa terdapat korelasi negatif antara helicopter parenting dan kesejahteraan psikologis siswa, dan berkorelasi positif dengan penggunaan obat anti depresan bagi para siswa di perguruan tinggi tersebut. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 317 siswa yang ada di perguruan tinggi di Amerika Serikat. 

Untuk mengurangi dampak negatif dari helicopter parenting, orang tua lebih dianjurkan untuk lebih menggunakan metode supportive parenting dibandingkan helicopter parenting. Namun sebelumnya terdapat perbedaan antara helicopter parenting dan supportive parenting. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa helicopter parenting adalah pola asuh yang terlalu melibatkan orang tua pada kehidupan anaknya yaitu seperti over controlling, overprotecting, dan over perfecting.

Apabila Anda terlalu mengawasi anak, terlalu melindungi anak, dan memaksa anak untuk melakukan sesuatu bahkan yang tidak sesuai passion anak Anda maka Anda termasuk helicopter parent.

Apabila Anda ingin anak bahagia dengan tetap memperhatikan dampak yang akan diterimanya dalam jangka panjang, dapat dengan melakukan supportive parenting, yaitu pola asuh yang tetap berfokus kepada anak tapi tidak terlalu mengawasi dan memaksa kehendak. Anak tetap dilatih untuk melakukan pekerjaan sendiri, memutuskan sesuatu sendiri, dan berlatih untuk mandiri, serta tidak membatasi anak untuk mengembangkan passion yang ia miliki. Dalam hal ini, orang tua tetap menjadi sistem pendukung anaknya yang tetap mengawasi anaknya namun dengan proporsi yang tepat dan tidak berlebihan. Sehingga anak tetap merasa nyaman karena memiliki orang yang mendukung mereka, namun anak juga tidak merasa terpaksa untuk melakukan sesuatu. [6]

Oleh: Melanie Permatasari | EIE 2019

Staf Biro Jurnalistik

SNF FEB UI 2019-2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun