Pondok Pesantren Kalamullah merupakan salah satu sekolah agama non-formal yang ada di daerah Ngantang. Tepatnya berada di Dusun Bayanan, Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Pondok pesatren ini diasuh oleh KH. H. Suliyat, yang mana beliau juga seorang pengasuh di TPQ Hidayatul Mubtaiin 1.
Pondok ini memiliki jumlah santri yang tidak terlalu banyak pun tidak sedikit, yakni sekitar 60 orang. Mereka terdiri dari siswa-siswi yang masih mengenyam pendidikan formal. Adapun yang paling kecil masih sekolah kelas 5 MI, dan yang paling dewasa kelas 12 MA.
Kegiatan dalam pondok pesantren ini dimulai ba'da Maghrib hingga pukul 21.00 WIB dilanjut lagi setelah Subuh. Kecuali pada hari sabtu malam ahad, para santri diliburkan dari kegiatan pondok. Diantara kegiatannya yaitu mengaji Al-Quran, memaknai kitab, dan kegiatan ekstrakurikuler. Uniknya setelah selesai kegiatan mengaji pada pagi hari, mereka pulang ke rumah masing-masing untuk persiapan sekolah. Lalu, sepulang sekolah mereka tidak langsung kembali ke pondok, melainkan pulang ke rumah lagi hinga sore hari. Dan mereka kembali ke pondok sekitar sebelum atau sesudah sholat Maghrib.
Ekstrakurikuler yang ada di pondok dilaksanakan pada hari senin malam sehingga untuk kegiatan mengaji pada hari itu diliburkan. Kegiatan yang dilakukan yaitu belajar MC (Master of Ceremony) untuk santri putri dan hadroh untuk santri putra yang dimulai dari ba'da Maghrib hingga pukul 9 malam.
Setelah mengetahui kegiatan-kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Kalamullah, kelompok dari KKM-DR Desa Ngantru Kecamatan Ngantang memiliki inisiatif untuk mengisi kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sana. Diantara kegiatannya yaitu pelatihan hadroh untuk santri putra dan putri, pelatihan MC untuk santri putri, dan pelatihan adzan serta bilal untuk santri putra. Kegiatan ini dilakukan setiap hari senin malam dan sabtu malam.
Pada tanggal 1 Januari kelompok kami melakukan perkenalan dengan para santri yang bertempatkan di mushola dekat pondok pesantren. Setelah itu dilanjut dengan pembelajaran hadroh untuk santri putra. Sedangkan santri putri belum diberikan pembelajaran hadroh karena alat yang terbatas dan tidak bolehnya bergabung antara santri putri dan putri. Sehingga pembelajarannya pun dilakukan secara terpisah. Akhirnya pada saat itu santri putri dipersilakan untuk kembali ke kamar mereka.
Pertemuan kedua kami mulai melakukan pembelajaran di tempat berbeda. Santri putra belajar hadroh di mushola sedangkan santri putri belajar MC di aula depan kamar mereka. Sistem pembelajaran untuk MC diberikan contoh terlebih dahulu kemudian belajar satu-satu. Dan untuk hadroh langsung belajar menerapkan dalam sebuah lagu.
Antusiasme para santri mulai tampak pada pertemuan ketiga saat pembelajaran adzan untuk santri putra dan pembelajaran hadroh untuk santri putri. Dikarenakan pembelajaran ini belum ada sebelumnya di pondok pesantren, sehingga para santri sangat gigih dalam mempelajarinya. Terutama santri putri yang sangat awam terhadap rebana. Banyak yang belum mengetahui ritme yang benar meskipun itu masih dasarannya. Karena pembelajaran hadroh hanya diperuntukkan untuk yang ingin saja dan pelatihannya pun tidak berada di area ponpes, melainkan ada di desa sebrang dan ada pelatihnya sendiri.
Tetapi kegigihan mereka dalam belajar membuat kami merasa senang dan termotivasi untuk lebih giat lagi dalam memberikan pelatihan. Kemauan dan keberanian mereka dalam mencoba hal baru pun mendorong kami untuk memberikan hal yang lebih baik lagi dalam mengajari ekstrakurikuler. Serta sikap mereka yang ramah membuat lebih berani menyampaikan ilmu yang kami punya meskipun tidak banyak dan hanya sebatas bisa.
Berikut beberapa dokumentasi yang kami ambil saat kegiatan berlangsung
