Mohon tunggu...
Slamet Samsoerizal
Slamet Samsoerizal Mohon Tunggu... Fiksi dan Nonfiksi

Penggagas SEGI (SElalu berbaGI) melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

7 Daftar Pekerjaan yang Digantikan AI

2 Oktober 2025   06:53 Diperbarui: 2 Oktober 2025   06:53 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AI menggantikan sejumlah pekerjaan ini (Sumber: elegantthemes.com/SSDarindo)

AI juga belum bisa menandingi manusia dalam hal empati, etika, dan diplomasi, yang sangat penting dalam banyak sektor kerja. Oleh sebab itu, meskipun otomatisasi tugas dapat mengurangi beban teknis, peran manusia tetap krusial sebagai pengawas, pengambil keputusan, dan pemberi konteks.

Kemampuan AI untuk mengambil alih sebagian tugas tertentu membawa implikasi luas terhadap masa depan kerja. Peran manusia diperkirakan akan bergeser dari melakukan pekerjaan operasional menuju pengawasan, pengambilan keputusan strategis, dan pengembangan kreativitas. Dalam jangka menengah, reskilling dan upskilling menjadi kebutuhan mendesak agar pekerja mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Mereka yang menguasai literasi digital, keterampilan analisis data, dan kolaborasi dengan AI akan memiliki keunggulan kompetitif yang besar di pasar global.

Transformasi ini juga menghadirkan ketidakpastian. Beberapa profesi yang selama ini dianggap aman bisa terancam, sementara pekerjaan baru yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan mungkin muncul. Di satu sisi, teknologi AI menjanjikan efisiensi dan produktivitas lebih tinggi, tetapi di sisi lain berpotensi menimbulkan kesenjangan bagi kelompok yang tidak memiliki akses pendidikan dan teknologi memadai.

Kajian dari World Economic Forum menegaskan bahwa lebih dari separuh pekerja global perlu melakukan reskilling pada dekade ini akibat adopsi kecerdasan buatan dan otomatisasi. Tanpa upaya persiapan, ketimpangan sosial bisa semakin melebar.

Strategi menghadapi perubahan ini menuntut pendekatan komprehensif. Individu perlu fokus pada keahlian yang sulit digantikan AI, seperti kreativitas, komunikasi empatik, serta kemampuan berpikir kritis dan strategis.

Institusi pendidikan dan perusahaan harus menyediakan kurikulum baru yang mendukung literasi digital dan keterampilan teknologi AI, sehingga tenaga kerja siap menghadapi tantangan baru. Pemerintah juga memegang peran penting dalam mengatur penggunaan AI secara etis, melindungi privasi, menjamin transparansi, serta memastikan penerapannya tidak merugikan masyarakat.

Kolaborasi manusia dan AI sebaiknya menjadi arah utama. Alih-alih melihat AI sebagai ancaman, lebih tepat bila teknologi ini dipandang sebagai mitra. AI dapat mengerjakan tugas-tugas teknis dengan cepat, sementara manusia tetap berperan dalam memberikan interpretasi, konteks, dan pertimbangan etis. Dengan demikian, produktivitas meningkat tanpa menghilangkan dimensi kemanusiaan yang esensial dalam dunia kerja.

Hasil evaluasi GDPval membuktikan bahwa kecerdasan buatan kini sudah mampu menangani berbagai pekerjaan nyata. Akan tetapi, teknologi ini masih jauh dari sempurna. Keterbatasan dalam akurasi, pemahaman konteks, dan kemampuan interpersonal membuat AI tetap memerlukan supervisi manusia. Tantangan utama bukanlah apakah AI akan menggantikan manusia sepenuhnya, melainkan bagaimana manusia dapat beradaptasi, memanfaatkan teknologi AI sebagai alat, dan menjaga relevansi perannya dalam ekosistem kerja modern.

Transformasi dunia kerja oleh ChatGPT dan model AI lainnya adalah keniscayaan. Dengan pendekatan yang tepat, perubahan ini bisa membawa manfaat besar: efisiensi lebih tinggi, peluang kerja baru, serta peningkatan kualitas hidup.

Satu hal yang perlu dipertimbangkan,  jika tanpa persiapan matang, risiko berupa hilangnya pekerjaan, ketimpangan sosial, dan dampak etis bisa menjadi ancaman serius. Oleh karena itu, langkah paling bijak adalah melihat AI sebagai mitra strategis yang membantu, bukan pengganti total manusia, dalam membangun masa depan kerja yang lebih adaptif, inovatif, dan berkelanjutan. ***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun