Selain lingkungan bisnis, OpenAI memproyeksikan fitur-fitur ini juga berguna dalam dunia akademik. Mahasiswa dan peneliti bisa memanfaatkan AI untuk menganalisis data, menyusun literatur, dan mendukung kolaborasi lintas tim.
Adopsi fitur-fitur canggih seperti ini, menurut analis, akan mengubah pola kerja di berbagai organisasi. Dengan AI sebagai mitra aktif, proses kolaborasi dan komunikasi diprediksi akan menjadi lebih cepat, efisien, dan terdokumentasi secara otomatis.
Meskipun demikian, perusahaan perlu memastikan kesiapan SDM dalam beradaptasi dengan teknologi ini. Pelatihan dan sosialisasi akan menjadi kunci sukses implementasi, terutama di sektor-sektor yang belum terbiasa bekerja dengan AI secara intensif.
OpenAI pun membuka jalur umpan balik dari pengguna, untuk terus menyempurnakan pengalaman penggunaan dan menambah fitur sesuai kebutuhan. Pendekatan iteratif ini menjadi bagian dari strategi pengembangan produk jangka panjang mereka.
Dengan terobosan ini, ChatGPT tak lagi sekadar chatbot pintar. Ia menjelma menjadi platform kerja hibrida yang menyatu dengan ekosistem cloud, membuka jalan baru dalam kolaborasi AI dan manusia di tempat kerja modern. ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI