Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagi Negara Konflik yang Buahkan Sengsara, Bercerminlah Damai Indonesia yang Kini Rangking Pertama untuk Destinasi Dunia

21 November 2020   21:26 Diperbarui: 21 November 2020   21:51 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selajutnya Italia karena kondisi kota-kotanya nan indah seperti Roma, Milan, Florance dan Venesia jadi ikon Italia. Negara romantis ini dapat skor 90,62. Posisi ke 10 adalah Vietnam, nilainya 90,46. Negara pemenang perang lawan AS ini punya banyak spot keren yang penasaran silahkan dikunjungi.

Siapa masih mendustai dan ingin menodai karunia agung ini. Janganlah merasa bosan akan kedamaian dan rindukan kekacauan. Kedamaian mahal harganya, dan kalau sudah kehilangan sulit meraihnya lagi. Silahkan saja yang sinting dan kiblatnya sudah bergeser bosankan kedamaian, buru-buru minggat tak perlu bikin gaduh. Betapa rindu kedamaian bagi negara-negara konflik, sulit lagi menggapainya. Walau dimimpi dan diidamkan siang malam tetap susah untuk kembali.

Sungguh menderita dan luluh lantak nestapa mereka. Cukuplah perang dunia satu dan dua (PD I dan II) jadi cermin dan pelajaran, bahwa penderitaan itu sama sekali tidak enak. Bagi Indonesia cukuplah era perang mempertahankan Kemerdekaan 1945-an dan penumpasan PKI 1965 yang mencekam itu.

solopos,com
solopos,com
Selanjutnya kita doakan negara-negara yang sulit mencari, entah di mana ujungnya kedamaian segera mendapatkannya kembali. Terutama negara-negara dilanda konflik perang saudara. Semula mereka negara makmur, akibat konflik tak berkesudahan dengan bangsanya sendiri, kini luluh lantak jadi monumen nestapa dengan bangunan-bangunan beton kerontang yang porak poranda.     

Sejarah mencatat PD II tak hanya adu kekuatan senjata antara Sekutu dan Poros di medan pertempuran. Kecerdasan para penyusun strategi beradu dalam perang, kemudian memunculkan strategi-strategi brilian untuk mengecoh lawan. Strategi pengecoh juga berguna dalam posisi bertahan untuk meminimalkan kerusakan dari serangan lawan.

Kita sekadar mengenang penyebab PD I yang didasari berbagai faktor, berlangsung antara Juli 1914 -- 11 November 1918. Perang ini melibatkan semua kekuatan besar dunia, terbagi dalam dua aliansi bertentangan, yakni Sekutu (Britania Raya, Prancis dan Rusia) dengan Blok Sentral (Jerman, Austria-Hongaria dan Italia). Limbah nestapanya lebih 17 juta orang terbunuh dalam keangkaramurkaan itu.

Dengan mengerti penyebab PD I dan II generasi muda sadar, bahwa sebuah masalah tak harus diselesaikan dengan kekerasan (perang). Meski kini sudah ada yang menganalogikan kita sudah berada dalam "Perang Dunia Ketiga" yakni perang antar negara tengah berlangsung tapi bukan pakai kekerasan fisik, tetapi dengan cara lain. Hal ini diungkapkan Kepala Komite Hubungan Luar Negeri Senat, AS Peter D. Zimmerman. Seperti dikutip Tribunnews.com yang menukil artikelnya diterbitkan oleh www.military.com (29/10/2020), bahwa sesungguhnya perang dunia ketiga telah dimulai.

Kata dia perang dunia ketiga ini pola perangnya berbeda dari perang-perang sebelumnya yang andalkan senjata untuk membunuh lawan. Perang dunia ketiga menurutnya tanpa pertempuran dengan bom atau peluru. Seperti saat ini yang menjadi musuh bersama adalah Virus Sars-Cov-2, yang memicu munculnya Covid-19. Ini

Tulis Zimmerman dalam opininya, AS telah kalah perang cukup parah. Jika sekitar 400 ribu tentara AS tewas dalam 43 bulan pertempuran dalam PD II. Jumlah korban dalam perang dunia III, orang AS yang tewas sudah 203.000 hanya dalam 7 bulan saja. Kata dia, ini fakta orang AS terbunuh Covid-19 dengan kecepatan tiga kali lebih cepat dari tentaranya terbunuh oleh peluru Jerman dan Jepang.

Dari uraian yang sudah terpaparkan di atas, sejujurnya penulis ingin menekankan bahwa, konflik karena perang saudara sulit mencapai titik akhir. Faktanya negara-negara konflik meskipun untuk beberapa tahun damai, bukan jaminan benar-benar stop dari damai selamanya. Misal Armenia dan Azerbaijan yang rebutkan perbatasan Nargono-Karabakh, tapi akhir-kahir ini konflik terjadi lagi.

Demikian Korea yang dilanda perang saudara pada 1950-1953 yang damai oleh gencatan senjata, sepanjang tahun diwarnai ketegangan. Walau hanya saling gertak saja, sebab jika benar-benar perang pasti kerugian jiwa dan materi yang ditanggung kedua belah pihak tidak sedikit. Begitupun negara di kawasan ikut terimbas ekonominya. Semoga dunia selalu berkaca, demikian komponen bangsa ini bisa makin memahami betapa dahsyat luluh-lantak akibat perang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun