Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seluas Samudra dan Sebiru Langit Peluangmu untuk Merenda Negeri

28 September 2020   20:16 Diperbarui: 29 September 2020   08:42 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syahwat birahimu turunkan ya nak, lebih baik santun dunia kan benderang. Masih seluas samudera dan sebiru langit peluang untukmu. Saat kebanyakkan mereka berjamaah atasi pandemi kau seolah tak empati. Waktumu malah digunakan berlari sekencang kuda sembrani. Kaca mata kudanya kau yang pakai demi wujudkan ambisi. Pesan luhur, jangan lupakan arifnya perilaku ketimuran yang telah menyarungi jiwamu kenali peradaban.

Hingga kau tumbuh gagah jadi ksatria wibawa dan perwira. Kenapa seketika luntur bagai es krim kehilangan coklat, dan mencair watak manis dan humanis itu. Coba duduklah dan sejenak merenung. Benarkah para pencitamu itu tulus. Kuatirnya hanya numpang kesuburan dari pupuk potensimu. Mereka yang mampu memekarkan bunga-bunga di kebunnya, tapi kau terlorot energi dan layu sebelum masa panen.

Sungguh tak sedikit yang menyesalkan tindak tanduk dan keputusanmu itu. Kebanyakan yang terlahir dari rahim sama denganmu. Mereka mengerti dan paham dan tetap junjung tinggi etika dan budaya luhung. Termasuk aku anak kaki langit, tak merasakan kesegaran darimu di lembah. Padahal kau satu dari sejuta bunga yang berhasil mekar dengan keharumannya ke langit nusantara.    

Yakinlah selagi di langit masih banyak mega bergumul jangan kuatirkan kering hujan. Siklus musim tak pernah loncat jauh dari orbit. Sepanjang para kaum berselera dan tak umpat kata-kata nira lupakan aren, pesonamu takkan padam di ngarai ini. Bersimpuhlah lagi dan tembangkan kidung-kidung tradisi nan ramah. Kenyam lagi butir-butir ayat penguat, maka makin teguh tali kendali akan kesusilaan.

Hingga kau diajak bangkit oleh rakyat, langkahmu akan ringan, bagai meraga sukma kemana-mana seringan kapas. Tetapi semua terjahit dengan benang merah keinginanmu mengabdi. Niscaya mekarmu makin mempesona dan harummu melebihi raflesia. Karena kau dikerumuni mawar, melati dan kenanga di taman lokananta nan permai.

*****

Medan Satria, 26/09/20.

##Slamet Arsa Wijaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun