Mohon tunggu...
Satria Utama
Satria Utama Mohon Tunggu... Pelajar

Saya hanya manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah dan Dampak Pembangunan Selokan Mataram Pada Masa Jepang

6 Maret 2025   12:12 Diperbarui: 17 Maret 2025   19:33 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selokan Mataram, Source : pinterest.com/ardjo_diy

Sejarah Pembangunan Selokan Mataram Pada Masa Penjajahan Jepang

Pembangunan Selokan Mataram terjadi pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, pada tahun 1944. Proyek ini merupakan strategi dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk melindungi rakyat Yogyakarta dari kerja paksa atau romusha, banyak pemuda dikirim ke berbagai daerah bahkan hingga ke luar negeri untuk proyek-proyek militer Jepang. Sikap tegas Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang membuat  secara langsung memimpin rakyat Yogyakarta. Pada saat itu sebagian besar semua daerah menderita hidupnya.

Sejarah Pekerja atau Romusha Pembangunan Selokan Mataram

Para petani harus rela memberikan padi, ternak dan hasil lainnya kepada balatentara Jepang. Untuk orang kaya/mampu diwajibkan untuk memberikan barang berharga nya kepada Jepang. Hal yang meresahkan adalah ketika balatentara Jepang membutuhkan tenaga kerja untuk menjadi prajurit pekerja atau romusha. Para romusha ini dipilih dari petani desa, melalui lurah, camat dan bupati. Mereka akan dikumpulkan di tempat penampungan, kemudian dikirim ke tempat yang dirahasiakan, bahkan ada yang dikirim ke luar Negri seperti Myanmar dan negara lain nya. Para romusha dipekerjakan di proyek pertahanan Jepang seperti proyek membuat benteng, jalan kereta api, jembatan, lapangan terbang dan terowongan. Dari setiap  keluarga diambil satu orang dan disuruh untuk berkumpul di kelurahan. Setelah mereka berkumpul diberi pemberitahuan bahwa mereka diperintahkan Jepang untuk mengerjakan sesuatu di tempat yang sudah ditentukan. Di tempat itu mereka dipresensi kemudian, dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok diberi tugas. Mereka yang dipekerjakan di Selokan Mataram disuruh oleh ketua desa diberikan informasi bahwa ada gotong royong kerjabakti. Biasanya mereka lebih suka daripada dipekerjakan di tempat lainnya, karena mereka mengetahui bahwa mengerjakan selokan Mataram atas perintah Sultan HB IX dengan tujuan supaya mereka tidak dikirim sebagai romusha keluar dari DIY.

Dampak Pembangunan Selokan Mataram terhadap Masyarakat Yogyakarta

Pembangunan Selokan Mataram menghadirkan dampak yang signifikan bagi masyarakat Yogyakarta, memberikan pengaruh yang berkelanjutan baik selama masa penjajahan Jepang maupun setelah kemerdekaan Indonesia.

  • Dampak Pada Masa Penjajahan Jepang

Pada masa penjajahan, dampak yang paling terasa adalah perlindungan terhadap rakyat Yogyakarta dari ancaman romusha. Inisiatif Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk membangun selokan ini berhasil mengalihkan perhatian Jepang dari pengiriman tenaga kerja paksa ke luar daerah, sehingga masyarakat Yogyakarta dapat tetap bekerja di wilayahnya sendiri dengan kondisi yang lebih manusiawi. Lebih dari itu, keberadaan Selokan Mataram juga berkontribusi pada peningkatan produktivitas pertanian. Dengan mengairi sekitar 15.734 hektar lahan yang sebelumnya kering, kanal ini memungkinkan petani untuk bercocok tanam sepanjang tahun, meningkatkan hasil panen, dan memperbaiki kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal. Meskipun hasil pertanian ini juga turut memberikan kontribusi kepada pihak Jepang sebagai penguasa pada saat itu, dampak positifnya terhadap ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat Yogyakarta tetap tidak dapat disangkal.

  • Dampak Setelah Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan, Selokan Mataram terus memberikan manfaat yang berkelanjutan. Saluran irigasi ini tetap menjadi infrastruktur vital bagi sektor pertanian Yogyakarta, memastikan pasokan air yang stabil untuk sawah-sawah di wilayah tersebut. Peningkatan produktivitas pertanian yang berkelanjutan ini secara langsung berdampak pada peningkatan ekonomi lokal, terutama di wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu, kawasan di sekitar Selokan Mataram mengalami transformasi fungsi lahan, menjadi pusat permukiman dan perdagangan yang ramai. Meskipun perubahan ini mengurangi fungsi aslinya sebagai kawasan agraris, namun di sisi lain, memunculkan peluang ekonomi baru dan mendorong pertumbuhan urbanisasi di wilayah tersebut. Dengan demikian, Selokan Mataram tidak hanya berkontribusi pada sektor pertanian, tetapi juga menjadi katalis bagi perkembangan ekonomi dan sosial yang lebih luas di Yogyakarta.

Pembangunan Selokan Mataram pada masa penjajahan Jepang merupakan bukti strategi cerdas Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk melindungi rakyat Yogyakarta dari kerja paksa. Dengan mengusulkan proyek ini ke Jepang, Sultan berhasil mengalihkan tenaga kerja lokal dari pengiriman ke luar negeri dan memastikan mereka tetap bekerja di wilayah Indonesia. Selain itu, pembangunan selokan yang menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak ini memilki fungsi penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian, dengan mengairi ribuan hektar lahan yang sebelumnya kering.

Referensi Yang Digunakan :

  • Syafrudin, M. (2001). Selokan Mataram: Kajian terhadap sistem irigasi dan dampak sosial lingkungan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
  • Pusat Studi Cagar Budaya Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. (2018). Selokan Mataram. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
  • Harjodinomo. (2019). Selokan Mataram dalam cerita dan fakta: Biografi Harjodinomo. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
  • Wulandari, A. N., Tusaddiah, H., Sari, A. P., Pebrina, Y., & Waruwu, A. (2024). Masa Pendudukan Jepang di Indonesia. INNOVATIVE:
  • Journal Of Social Science Research, 4(3), 16869-16880.
  • Itaratnasari. (2017). Diorama Penggalian Selokan Mataram -- Diorama I Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
  • Irawati, H., & Haryanto, R. (2015). Perubahan fungsi lahan koridor Jalan Selokan Mataram Kabupaten Sleman.
  • Hadiyanti, A., & Wibisono, B. H. (2012). Pola penggunaan ruang di kawasan sempadan Selokan Mataram Yogyakarta. TATALOKA, 14(4), 295-303.
  • Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta. (n.d.). Selokan Mataram.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun